Enam Tren Ini Pengaruhi Pertumbuhan e-Commerce di ASEAN

marketeers article

Asia menjadi salah satu kawasan dengan jumlah pembelanja online yang terus meningkat. Khusus untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia memiliki jumlah populasi terbesar, tak heran menjadikannya “lumbung padi” bagi pelaku e-commerce dunia.

Selain Indonesia, tiga negara lainnya yaitu Thailand, Malaysia dan Filipina juga mengalami pergerakan e-commerce cukup pesat. Sehingga keempat negara tersebut dijuluki sebagai Asian Tiger Cubs.

Salah satu hal yang menarik untuk diperhatikan ialah hubungan e-commerce terhadap tren yang terjadi. Sejauh mana tren ini berperan dalam meningkatkan jumlah pembelanja online? Setidaknya, menurut catatan platform perbandingan harga e-commerce, Priceza, ada 6 faktor yang mempengaruhi.

  • Jumlah pengguna mobile internet

Salah satu tren yang cukup membawa perubahan pada pergerakan e-dagang di kawasan Asian Tiger Cubs adalah pesatnya pertumbuhan pengguna internet.

Dari jumlah pengguna internet Asian Tiger Cubs, sebagian besar mengakses melalui smartphone atau mobile internet. Fakta ini berdasarkan data pengguna yang dihimpun oleh Priceza sejak Januari hingga November 2017. Tren e-commerce keempat negara cenderung menuju ke arah mobile internet. Jumlah pengguna yang mengakses Priceza melalui smartphone pun terus meningkat.

Data ini didukung juga oleh gaya hidup generasi milenial yang mengedepankan keterbukaan terhadap teknologi. Pembeli online kini cukup pintar dalam berbelanja. Mereka cenderung mencari informasi secara mandiri sebelum akhirnya memutuskan pembelian.

  • Model omnichannel

Tren yang mulai diadopsi oleh pelaku e-commerce saat ini adalah omnichannel yang menggabungkan antara pedagangan tradisional dan pedagangan elektronik.

Artinya, mereka tidak hanya fokus pada satu kanal distribusi saja dalam menjual produk dan jasa. Melainkan memanfaatkan media offline (ritel fisik) dan online (online shop) secara bersamaan untuk menciptakan keseimbangan bisnis.

Omnichannel sudah menjadi tren di Amerika dan China. Untuk Asia Tenggara, khususnya kawasan Asian Tiger Cubs, baru saja melakukan pemanasan untuk memulai model bisnis ini. Di Indonesia sendiri, MatahariMall mencoba melakukan model bisnis tersebut di Indonesia.

  • Pengiriman barang

Selain itu, pengiriman dalam waktu cepat juga mulai menjadi tren e-commerce. Di Indonesia, beberapa pelaku e-commerce bekerja sama dengan penyedia layanan antar untuk melakukan pengiriman barang. Sebut saja Go-Jek yang melakukan layanan antarbarang dari mitra e-commerce mereka.

Di Thailand pun ada jasa kurir Kerry Express yang bekerja sama dengan e-commerce setempat untuk melakukan pengiriman barang kepada pembeli. Tren pengiriman cepat ini tentunya untuk menjawab kebutuhan konsumen.

  • E-payment

Indonesia, Thailand, Malaysia dan Fiilipina sedang menuju ke arah cash-less society, yang mana berbelanja dengan uang fisik, tidak lagi menjadi keharusan.

Kemudahan dalam melakukan pembayaran telah ditawarkan oleh berbagai perusahaan rintisan fintech. Walau pada kenyataannya, pembayaran melalui transfer bank dan cash-on-delivery (COD) masih tetap menjadi yang terpopuler.

  • Jual Beli Antarnegara

Tren jual beli antar negara, atau lebih dikenal dengan istilah cross-border e-commerce, diprediksi akan terus meningkat. Contoh konkret dari adanya cross-border e-commerce ini adalah munculnya konsumen atau pembeli dari Indonesia yang berbelanja kebutuhan ke negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, bahkan Singapura, hanya untuk membeli spare parts motor atau ingin buru-buru memiliki smartphone keluaran terbaru yang belum rilis di Indonesia.

Peluang ini dilirik juga oleh pelaku e-commerce yang tidak memiliki perwakilan di kawasan Asian Tiger Cubs, untuk menjual produk mereka dan menawarkan jasa pengiriman antar negara.

  • Media Sosial

Di Thailand, sekitar 50% pembelanja online melakukan proses pembelian melalui media sosial. Ini sekaligus menjadikan Negara Gajah Putih tersebut sebagai pasar social commerce terbesar di dunia. Jadi, wajar bila Facebook menjadikan Thailand sebagai negara pertama untuk tes pasar Facebook Shop.

Sistem seperti ini tampaknya belum bisa diterapkan di Indonesia, karena masyarakat kita masih skeptis terhadap belanja online. Ajang-ajang belanja besar seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), bahkan menempatkan edukasi belanja online sebagai salah satu misi utama mereka.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related