Indonesia diberkahi dengan luas wilayah laut dan hutan mangrove yang sangat besar dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Adapun salah satunya dengan mengoptimalkan potensi mangrove untuk perdagangan karbon.
Erick Thohir, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim menuturkan mangrove memberikan sejumlah manfaat di antaranya perlindungan pantai, keanekaragaman hayati yang tinggi, manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata dan penetapan harga karbon. Kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap dan menyimpan karbon dengan kepadatan yang melebihi hutan tropis telah menarik perhatian dunia.
BACA JUGA: Bank Mandiri Membeli 3.000 Ton Karbon lewat Bursa Karbon Indonesia
Angka tersebut menurut Erick, setara dengan 3,36 juta hektare (Ha) kawasan mangrove dengan potensi valuasi ekonomi mencapai US$ 16,5 juta atau setara Rp 257,6 miliar (kurs Rp 15.616 per US$). Dia menyebut sejak tahun 2020, Indonesia telah menanam lebih dari 265 juta mangrove.
“Di Indonesia saja, ekosistem mangrove mampu menangkap 3,3 GigaTon karbon dioksida,” kata Erick dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Conference of the Parties 28 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab melalui keterangannya, Senin (11/12/2023).
BACA JUGA: Erick Thohir Klaim Pemerintah Turunkan 85% Kebakaran Hutan
Menurutnya, peran sektor swasta tersebut dapat dikatalisasikan ke dalam program restorasi dan konservasi mangrove di seluruh dunia. Erick bilang mulai tahun ini akan dilakukan percepatan restorasi 75.000 Ha lahan mangrove dan konservasi seluas 400.000 Ha yang ditargetkan selesai pada 2024.
“Bisnis yang produktif dan berkelanjutan memiliki peran vital dalam menciptakan mekanisme pasar jangka panjang untuk membuktikan bahwa mangrove lebih bernilai saat hidup dibandingkan saat rusak,” ujarnya.
Erick mengeklaim Indonesia berpengalaman dalam model bisnis ekosistem mangrove seperti karbon biru, budi daya perikanan yang berkelanjutan, dan pengembangan perikanan yang menghasilkan keuntungan finansial sekaligus membangun masyarakat pesisir yang tangguh dan bermanfaat bagi lingkungan. Contohnya, Indonesia telah mendirikan 30 pusat pembibitan untuk mendukung restorasi mangrove, antara lain G20 Mangrove Showcase di Bali.
“Kami menyadari pentingnya upaya kolektif dan solusi terkoordinasi dengan negara-negara di seluruh dunia. Sementara itu, untuk mencapai target restorasi dan konservasi nasional, kami telah melaksanakannya secara Pentahelix, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, sektor swasta, LSM, filantropi, dan komunitas lokal,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk