Fairatmos Sasar Demokratisasi Akses Pasar Karbon lewat Teknologi
Fairatmos, startup teknologi melihat ada kesempatan luas bagi masyarakat untuk memberikan kontribusi dalam melakukan penyerapan emisi gas rumah kaca. Kendati demikian, tantangan memang tidak dapat dihindari.
Misalnya, keterbatasan kapabilitas teknis untuk memenuhi standar penghitungan potensi penyerapan karbon yang diperlukan. Memahami hal tersebut, Fairatmos pun mencoba mengembangkan platform untuk mendukung pengembangan proyek penyerapan karbon bagi komunitas hingga korporasi yang berminat.
“Kami ingin memudahkan masyarakat dalam mengakses pasar karbon dan kami berkomitmen untuk menyediakan akses merata bagi seluruh partisipan pasar karbon. Mulai dari pengembang proyek, tenaga ahli, donatur, serta penyeimbang,” kata Natalia Rialucky Marsudi, CEO Fairatmos dalam keterangan resmi yang diterima Marketeers.
Salah satu strategi Fairatmos untuk mencapai tujuan mereka adalah dengan meluncurkan kampanye bertauk #PulihkanAtmosfer. Inisiatif ini merupakan kampanye kolaboratif antara organisasi, universitas, serta bisnis yang ingin berkontribusi aktif dalam mengembalikan keseimbangan pada atmosfer bumi.
Penyerapan emisi gas rumah kaca, terutama emisi karbon memang menjadi tantangan besar hingga kini. Pasalnya, hal ini bermuara pada pemanasan global yang ingin diselesaikan segera permasalahannya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah meminta pemerintah di berbagai negara untuk menjaga rata-rata kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas level praindustri dengan target 1,5 derajat Celcius.
Secara ilmiah, jika suhu bumi naik lebih dari 1,5 derajat Celcius, dampak dari perubahan iklim akan lebih berbahaya, tidak hanya bagi manusia tetapi juga untuk keseluruhan ekosistem.
“Mekanisme pasar karbon hadir sebagai satu solusi. Namun, tantangan datang dari sulitnya menyusun proyek penyerapan karbon karena hambatan teknologi dan kebutuhan finansial. Sebab itu, Fairatmos menggunakan teknologi untuk menyediakan masyarakat terhadap akses yang lebih mudah kepada pasar karbon,” ucap Natalia.
Fairatmos meluncurkan produk perdananya pekan lalu yaitu Digital Pre-Feasibility Study (Pre-FS) untuk penyerapan karbon melalui konservasi bakau. Platform Digital Pre-FS ini membantu proses verifikasi karbon dengan ringkas sehingga menghemat waktu dan biaya.
Beberapa proyek Digital Pre-FS yang sedang dijalankan oleh Fairatmos termasuk di antaranya program restorasi bakau di Muara Badak Ulu dan pedesaan Handil Terusan di Kalimantan Timur dan program restorasi bakau di Cilacap, Desa Ujungalang di Jawa Barat.
“Seluruh proyek ini mengikutsertakan komunitas petani dan inisiatif bisnis lokal, dengan tujuan untuk memperbaiki ekosistem lingkungan seperti wanatani dan bakau, melestarikan habitat natural seperti pohon bakau, membuat peluang pariwisata dengan ekoturisme, dan memfasilitasi inisiatif bisnis lokal dalam produk bakau,” tutur Natalia.
Editor: Ranto Rajagukguk