Fakta Penyakit HFMD yang Kerap Disebut Flu Singapura

marketeers article
Sumber: 123RF

HFMD, atau Hand, Foot, and Mouth Disease, sering kali disalahpahami sebagai “Flu Singapura” oleh masyarakat. Namun, sebenarnya sebutan tersebut tidak tepat karena penyakit ini tidak berasal dari Singapura.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Selandia Baru pada tahun 1957. Meski Singapura sempat mengalami wabah besar HFMD pada tahun 2000, sehingga menjadi populer dengan sebutan tersebut. Penting untuk lebih mengenal penyakit ini dengan istilah medis yang tepat, yakni HFMD.

Virus EV71 atau Enterovirus 71 adalah salah satu penyebab HFMD. Karena jenis virusnya beragam, seseorang bisa terinfeksi HFMD lebih dari sekali.

Penyakit ini sering kali menyerang anak-anak usia 5-10 tahun, dan paling banyak pada usia di bawah 3 tahun. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kenaikan kasus HFMD di seluruh provinsi pada awal 2024 yaitu sebanyak 6.500 kasus.

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) menunjukkan tahun 2024 terdapat 27.417 kasus suspek HFMD. Kasus terbanyak pada awal 2024, terjadi di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten.

Berdasarkan data tersebut, sebagian besar kasus HFMD terjadi pada anak-anak dan beberapa pada orang dewasa.

BACA JUGA: Ketidakseimbangan Sel Darah Putih Bisa Picu 4 Penyakit Berbahaya Ini

“Penularan HFMD juga terjadi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali. Mobilitas tinggi, dalam hal ini pergerakan manusia selama mudik Lebaran dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan turut meningkatkan risiko penularan HFMD, terutama di kalangan bayi dan balita,” kata dr. Nani Rizkiyati, M.Kes, Ketua Tim Kerja ISPA Kementerian Kesehatan dalam acara Media & Community Gathering – Stop the Spread: Lindungi Buah Hati dari EV71, Penyebab Hand, Foot, and Mouth Disease.

  1. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, Dokter Spesialis Anak mengatakan, ada sejumlah tanda yang perlu diwaspadai orang tua terkait risiko HFMD. Salah satunya, demam dengan suhu lebih dari 39oC dan berlangsung hingga tiga hari.

Kemudian, sariawan yang timbul di membran mukosa mulut disertai dengan nyeri menelan (faringitis) sampai menimbulkan tidak nafsu makan/minum dan berujung ke kondisi tubuh anak lemas.

“Apabila kondisi memburuk, gejala HFMD dapat menyebabkan komplikasi, paling sering komplikasi karena sulit atau nyeri saat menelan karena sariawan yang menyebabkan dehidrasi sedang hingga berat, dan meningitis aseptik atau ensefalitis hingga dapat mengancam jiwa,” ujar dr. Kanya.

Selain itu, penting untuk diketahui bahwa penyakit HFMD adalah penyakit yang menular, dan penularannya sangat cepat, terutama di tempat-tempat umum seperti sekolah, taman bermain, atau daycare. Anak-anak yang terinfeksi bisa menularkan virus melalui kontak dengan droplet saat batuk atau bersin, permukaan benda yang telah terkontaminasi, makanan atau foodborne, atau kontak langsung dengan penderita HFMD.

Masa inkubasi, atau waktu sejak anak terinfeksi hingga munculnya gejala, berlangsung sekitar 3 hingga 6 hari. Penyebaran virus EV71 di suatu daerah berhubungan dengan kebersihan dan sanitasi.

Maka dari itu, salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan ialah mencuci tangan, terutama sebelum menyiapkan makanan, setelah mengganti popok, dan setelah menggunakan toilet. Perlu juga membersihkan permukaan, barang, dan mainan dengan sabun dan air, kemudian melakukan disinfeksi. Untuk barang-barang yang sulit dibersihkan atau resisten terhadap alkohol, dapat menggunakan klorheksidin atau 0,5% hipoklorit.

BACA JUGA: Lindungi Risiko Penyakit Kritis, Prudential Syariah Hadirkan PRUCritical Amanah

Pengobatan HFMD, umumnya bersifat simtomatik, yaitu meredakan gejala. Di antaranya, obat penurun panas untuk menurunkan demam dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat membantu meredakan nyeri serta peradangan. Kemudian, minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi. Selain itu, karena anak sulit makan akibat kondisi mulut yang sakit, maka berikan makanan yang lunak dan tidak pedas, untuk menghindari iritasi pada mulut.

“Upaya pencegahan lainnya adalah vaksinasi untuk memberikan perlindungan serta mengurangi risiko komplikasi serius. Selain itu, vaksinasi juga membantu mencegah infeksi berulang yang bisa lebih berat karena paparan jenis virus lain. Saat ini, vaksin yang tersedia sudah mendapatkan persetujuan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk mencegah HFMD yang disebabkan oleh EV71 adalah Vaksin HFMD EV71 yang memiliki profil keamanan baik dan dapat diberikan sejak umur 6 bulan hingga 3 tahun. Proteksi dapat bertahan hingga umur 5 tahun setelah vaksinasi,” tutur dr. Kanya.

PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usahanya, PT Kalventis Sinergi Farma, ikut berperan dalam mengatasi lonjakan kasus HFMD di Indonesia. Kalbe terus mendukung upaya pemerintah dengan menyediakan vaksin HFMD EV71 dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit menular di Indonesia.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS