Bisa jadi saat ini Indonesia berbangga karena memiliki sosok musisi muda yang berhasil menjadi sensasi global. Adalah Brian Immanuel atau yang dulu dikenal dengan nama Rich Chigga, sekarang membawa nama Rich Brian. Sosoknya mulai viral setelah video klip Dat $tick yang dibawakannya pada tahun 2016 menjadi pembicaraan global.
Brian yang umurnya baru mencapai 17 tahun, awalnya adalah sosok komedian. Ia mempelajari Bahasa Inggris hanya melalui internet dan kini sosoknya dipuja-puja sebagai salah satu talenta berbahaya dalam dunia musik hip-hop. Pada awal tahun 2018 ini, setelah merilis sederetan single, Brian yang kini tinggal di Amerika Serikat akhirnya merilis satu album penuh berjudul Amen.
Namanya saat ini sudah sejajar dengan nama-nama tenar dalam dunia hip-hop seperti 21 Savage, Future, Post Malone, dan nama beken lainnya. Tapi, siapa yang menyangka di balik kesuksesan dan tenarnya nama Brian, ada satu institusi penting yang hadir di belakangnya. Yakni grup modal ventura milik Grup Djarum, GDP Venture.
Tidak banyak yang tahu memang bahwa GDP Venture menanamkan modalnya dalam grup manajemen yang menaungi Rich Brian, 88 Rising. Agak aneh memang melihat logo 88 Rising berdampingan dengan deretan portofolio yang dimiliki oleh GDP Venture, seperti Blibli.com, Tiket.com, Kumparan, Opini.id, hingga Go-Jek. Namun, GDP Venture memiliki alasan tersendiri terkait proses investasinya di 88 Rising.
Menurut Danny Wirianto, CMO GDP Venture, dibutuhkan sebuah keberanian untuk berubah, salah satunya dalam berinvestasi di 88 Rising. Ia mencontohkan bahwa Djarum yang awalnya adalah perusahan rokok, juga berani berubah dan melakukan diverisifikasi produk, sehingga muncul menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
“Bagaimana perusahaan saat ini menjadi besar dan bisa bertahan adalah dengan tetap relevan. Banyak perusahaan yang tutup karena mereka tidak relevan,” ujar Danny dalam acara WOW Brand Festive Day di Jakarta, Kamis (8/3/2018).
Baginya ketika perusahaan sudah memiliki keberanian untuk berubah maka mereka harus bisa lincah dan gesit dalam melihat situasi. Ia menambahkan bahwa brand juga harus berani bereksperimen dan melakukan hal-hal yang baru di luar kebiasaan lama.
“Kalau pun gagal, ya, tidak perlu malu. Selain itu, membuat sesuatu juga harus menambahkan beberapa varian alternatif,” tambah Danny. Salah satu yang ditekankan olehnya ketika brand melakukan perubahan, jangan pernah lupa untuk berasumsi hal terbaik dan terburuk apa yang besar kemungkinan terjadi.
Lantas, apa yang melatar belakangi niat GDP Venture hadir di belakang sosok Rich Brian?
Danny mengungkapkan bahwa lebih dari 50% populasi masyarakat Indonesia saat ini sudah terkoneksi dengan internet. Dan, cara mereka mengadopsi sebuah informasi juga sudah berubah. Ia tidak menampik bahwa saat ini orang sudah malas membaca berita dan lebih banyak mengadopsi konten dalam bentuk video.
“Sebanyak 56% orang saat ini menonton video di dalam platfrom Facebook. Dan, kebanyakan orang yang mengakses internet itu untuk mencari konten yang isinya hiburan,” ungkapnya.
Berkembangnya konten video saat ini memang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti harga smartphone yang semakin terjangkau, koneksi yang lebih baik. Ia menjelaskan dari sisi pengguna, saat ini mereka ingin menyaksikan sesuatu yang berbeda dan dapat menjawab apa yang menjadi ketertarikannya.
GDP Venture yang memiliki deretan portofolio yang bergerak dalam industri media, telah berhasil merilis beberapa konten video yang viral di masyarakat. Bagi Danny, dalam membuat konten yang viral adalah dengan mencari momentum dan tren yang tepat. GDP Venture pernah melakukan itu melalui platform Opini.id ketika momentum Pilkada DKI Jakarta. Tren dan momentum itu juga terdapat dalam manajemen 88 Rising melalui sosok artis seperti Rich Brian, High Brothers, dan Joji.
“Kami biasa investasi di consumer driven company, tapi kami tiba-tiba invest 88 Rising yang terkenal dengan Rich Brian. Padahal, tampangnya tidak seperti rapper kebanyakan,” Danny.
Brian yang muncul di video klip Dat $tick memang tampil lain dari pada yang lain. Ketika rapper memamerkan tatto, baju mewah, kalung emas, pistol, dan wanita seksi. Brian adalah antitesis dari semua musisi rapper yang pernah ada. Wajah culun, polo shirt warna pink, tas pinggang, celana pendek, berjalan-jalan di komplek perumahan sembari menuangkan botol minuman beralkohol ke tanah.
“Kami embrace originality. Kami tahu dia itu cupu dan lucu. Kami bikin ini menjadi sebuah cerita dan masyarakat saat ini suka dengan cerita,” beber Danny.
Danny mengakui bahwa kesuksesan dari Brian di panggung internasional saat ini bukan jerih payah dari GDP Venture semata, selain talenta Brian yang memang berkelas, hal ini juga didukung oleh manajemennya 88 Rising di Amerika Serikat. Ketika pertama kali hadir, aksi Brian dikomentasi oleh beberapa rapper ternama. Bahkan, dalam satu sesi Brian tampil satu lokasi dengan rapper kawakan Pharrel Williams. Uniknya, Brian memberikan Williams sebuah cincin batu akik. “Ini juga menjadi perbincangan tersendiri dan viral,” ceritanya.
Tampilan awal Brian yang tidak menjual dan cupu berhasil berubah menjadi sosok media darling. Beragam media ternama baik itu Time, Forbes, New Yorker, dan Pitchfork mengulas sosoknya. Albumnya bertengger dalam posisi atas di chart musik dunia. Satu hal yang diutamakan oleh Danny pada sosok Brian adalah orisinalitas dan kualitas.
“Kami tidak membayar orang, tapi kami membuat orang buat ngomongin dia. Kami membawa dia terkenal dari Pluit ke panggung dunia,” pungkas Danny.
Editor: Eko Adiwaluyo