Ferrari mengungkap sejumlah tantangan dalam upaya rangkaian transisi untuk memulai produksi mobil listrik di masa mendatang. Produsen kendaraan mewah asal Italia ini mengungkap akan bergantung pada kemitraan dengan berbagai pihak, untuk memuluskan misi memberi pengalaman berkendara bebas emisi kepada pelanggan setianya.
Upaya melakukan peralihan menjadi produsen mobil listrik, akan dilakukan oleh Ferrari secara bertahap. Salah satunya dengan memasang target 80% model kendaraannya mengusung rangkaian penggerak berbasis baterai penuh maupun hybrid pada 2030 mendatang. Capaian tersebut juga ingin dipenuhi dengan tetap merilis model dengan karakteristik unik khas Ferrari, untuk menjaga diferensiasi dengan merek mobil mewah lain.
Sebelum mencapai target tersebut, Ferrari harus lebih dahulu memetakan sejumlah permasalahan jika hendak memproduksi mobil listrik dalam jangka panjang. Utamanya dengan menghemat besaran investasi, khususnya pada pengembangan komponen maupun piranti lunak. Contohnya kebutuhan sistem operasi penunjang fitur mobil listrik merek Ferrari nantinya.
“Jujur saja, kami tidak akan mengembangkan sistem operasi kendaraan untuk mobil listrik Ferrari secara mandiri. Hal tersebut akan membuat kami terlihat payah. Kami harus memusatkan kemampuan pada sejumlah area yang kami yakin mampu menguasainya,” kata Benedetto Vigna, CEO Ferrari, seperti dilansir dari laman Reuters.
Vigna menyebut Ferrari lebih berupaya memecahkan tantangan dalam mengembangkan rangkaian penggerak mobil listrik. Begitu juga dengan komponen seperti inverter dan modul baterai, yang dirakit dalam fasilitas produksi terbaru di Maranello, Italia. Sementara itu, komponen penunjang perakitan mobil lainnya akan didatangkan dari penyuplai atau mitra lain di seluruh dunia.
Layaknya produsen mobil listrik lainnya, Ferrari juga memikirkan tantangan menyediakan teknologi baterai sebagai sumber daya penggerak mobil listriknya. Untuk itu, Ferrari bekerja sama setidaknya dengan empat mitra dari benua Eropa dan Asia dalam merancang komponen baterai yang hendak dipakai. Kemitraan tersebut juga bertujuan mencari model baterai dengan kepadatan energi tinggi, sebagai sumber daya mobil listrik masa depan.
Ekspektasi produsen asal Italia itu mengenai penjualan mobil listrik, terbilang tinggi untuk ukuran produsen mobil mewah. Ferrari menyebut harapan mobil listrik berbasis baterai akan berkontribusi pada penjualan hingga 5% pada 2025. Angka tersebut ditargetkan melonjak hingga 40% pada 2030.
Editor: Ranto Rajagukguk