Menembus pasar luar negeri untuk produk otomotif pada dasarnya tidak mudah. Lantaran aturan yang harus diikuti cukup ketat. Di sisi lain, kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen seringkali tidak cocok. Namun, PT Astra Honda Motor (AHM) berhasil membuktikan kemampuannya menembus pasar asing dengan mengekspor salah satu produknya, All New Honda BeAT eSP, ke Filipina.
“Pasar Filipina membutuhkan kendaraan yang irit bahan bakar dan kami bisa memenuhinya. Semoga ekspor ini bisa mendorong peningkatan ekonomi kedua negara. Kami optimistis kerja sama ini akan terus meningkat di masa mendatang,” kata President Director PT Astra Honda Motor Toshiyuki Inuma, saat peluncuran ekspor perdana ke Filipina, hari ini (26/5).
AHM tahun ini akan mengekspor 30 ribu unit All New Honda BeAT eSP ke Filipina. Secara bertahap jumlah ini akan ditiingkatkan menjadi 50 ribu unit di tahun depan. Namun, Menteri Perindustrian Republik Indonesia Saleh Husin memberikan target lain bagi produsen motor asal Jepang ini. “Pemerintah terus mendorong para pabrikan motor menggenjot ekspor. Jadi, saya harapkan tahun depan jumlah yang diekspor mencapai 100 ribu unit per tahun,” katanya.
All New Honda BeAT eSP merupakan motor yang hanya diproduksi untuk pasar Indonesia. Kandungan lokalnya mencapai 98,8%. Sehingga, adanya ekspor ini juga memperkuat industri komponen lokal. “Ada 86 perusahaan komponen dalam negeri yang terlibat dalam produksi All New Honda BeAT eSP. Kami yakin kegiatan ekspor ini akan mendorong pergerakan roda industri di sisi hulu industri otomotif Tanah Air dan meningkatkan kontribusi devisa negara,” kata Executive Vice President Director AHM Johannes Loman.
Sebelum ekpor motor perdana ini, perusahaan-peruahaan komponen lokal yang dibina AHM telah melakukan ekspor spare part ke berbagai negara di lingkup ASEAN, ASIA, dan Eropa. Beberapa produk yang telah diekspor antara laindisc brake, rear cushion, body assy, piston, dan lainnya. Nilai ekspor komponen ini mencapai Rp 853 miliar per tahun. “Jika nantinya digabung dengan ekspor motor secara utuh, nilainya bisa mencapai antara Rp 1,3−1,5 triliun,” tambah Loman.