Jakarta Marketing Week (JMW) 2020 menghadirkan rangkaian virtual fashion show bertajuk Cita Nusantara: Tradisi, Ekspresi, Masa Depan. Uniknya, peragaan busana yang diarahkan langsung oleh desainer Samuel Wattimena ini memamerkan beberapa kain tradisional yang berasal dari Jepara, Pamekasan, Banyumas, Musi Banyuasin, dan Trenggalek.
Samuel mengungkapkan bahwa masing-masing daerah telah menunjukkan kekuatan motif dan memahami hal tersebut. Namun, saat ini yang dibutuhkan adalah sosialisasi kepada generasi muda yang mulai mendesain.
“Mungkin sudah banyak motif yang ditampilkan lewat desain-desain dari para desainer muda yang menggunakan kain tradisional. Tetapi, belum banyak yang memahami betul tentang motif beserta filosofi yang ditampilkan. Sebab itu, saya rasa perlu ada edukasi mengenai hal tersebut,” ujar Samuel yang hadir di Hermawan Kartajaya Town Hall, Studio Marketeers, Minggu (20/09/2020).
Samuel menjelaskan bahwa pendekatan mengenai motif dan filosofinya penting dilakukan karena desainer muda saat ini banyak yang hanya fokus pada pendekatan terhadap motif, warna, dan bentuk tanpa mengetahui cerita di baliknya. Semua itu bukan karena mereka mengabaikan hal tersebut. Namun, lebih kepada ketidaktahuan tentang cara mendapatkan informasi itu.
“Saya juga ingin mewakili para desainer ingin menyampaikan pentingnya kerja sama dengan para produsen kain internasional untuk menciptakan warna di seriap musimnya. Dalam fesyen sendiri, dikenal empat musim yaitu spring, summer, fall, dan winter. Walaupun kita bukanlah negara dengan empat musim, saya rasa penting untuk memiliki pemikiran empat musim,” tutur Samuel.
Ia menambahkan bahwa pemikiran empat musim ini bisa memicu kreativitas. Jadi, motif dan warna memang harus dipikirkan dengan baik dan penting untuk ke depannya. Samuel menyayangkan hingga saat ini produksi kain tradisional belum teratur sehingga banyak mengekspos motif dan warna dalam satu kali produksi. Padahal ada baiknya hal tersebut dilakukan secara bertahap.
Tidak hanya untuk memberikan desain yang beragam nantinya namun juga edukasi bagi masyarakat. Sehingga mereka bisa mengetahui tentang motif-motif kain tradisional yang biasa mereka kenakan di kesempatan tertentu. Bukan sekadar menjadi konsumen saja tetapi dapat memahami cerita atau filosofi di balik motif tersebut.
Editor: Ramadhan Triwijanarko