PT Indonesia Fintopia Technology, anak usaha Fintopia, perusahaan fintech asal China mengumumkan keberhasilannya menyelesaikan pendaftaran resmi di Otoritas Jasa Keuangan. Fintopia akan meramaikan pasar peer-to-peer lending yang memberikan pendanaan bagi konsumen yang sulit berinteraksi dengan bank konvensional. Lewat produk bernama EasyCash, perusahaan akan memberikan layanan peminjangan uang tunai untuk kebutuhan mendesak.
Menurut keetrangan perusahaan, Indonesia merupakan salah satu pusat ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan penduduk 264 juta jiwa. Namun, hanya satu dari tiga penduduk dewasa yang memiliki akun bank. Jangkauan kredit bank di Indonesia termasuk yang terendah di negara-negara Asia Pasifik.
Kehadiran P2P lending seperti Fintopia diahrapkan dapat menjadi kunci penyelesaian permasalahan tersebut, khususnya penyaluran pinjaman kepada mereak yang membutuhkan.
“Kami secara khusus memperhatikan upaya pembangunan platform fintech yang berorientasi pada teknologi agar bisa memenuhi kebutuhan pendanaan yang cepat, nyaman dan mudah dijangkau,” tutur Liu Yongyan, CEO Fintopia.
Di samping keunggulan Fintopia dalam teknologi dan manajemen risiko, eratnya kerja sama dan upaya komunikasi dengan OJK, juga penting membantu perusahaan meraih pendaftaran resmi. Liu bilang, pihaknya akan mematuhi segala aturan pendanaan di Indonesia dan bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam membangun platform keuangan inklusif.
Berasal dari China, Fintopia telah berkembang menjadi pemimpin fintech di Asia yang memiliki 260 pegawai dimana para mantan pialang di Wall Street juga bekerja di perusahaan ini. Indonesia merupakan salah satu pasar internasional yang disasar Fintopia sebagai tempat ekpansi bisnis.
Fintopia berharap teknologi keuangan buatanya dapat digunakan untuk membantu dan melayani kosumen di dunia, dan itulah mengapa pihaknya membidik pasar-pasar negara maju dan berkembang seperti Brazil, Filipina, Thailand, Jepang, dan sebagainya.
“Kesuksesan kami di Indonesia akan membuktikan keberhasilan Fintopia di negara-negara lain,” tambah Liu.
Editor: Sigit Kurniawan