Frisian Flag: Banyak Kendala untuk Mempopulerkan Susu di Indonesia
Hari susu sedunia atau world milk day yang jatuh setiap tanggal 1 Juni diperingati negara-negara di dunia. Masyarakat dunia pun semakin menegaskan pentingnya minum susu dalam kehidupan manusia. Di lain sisi, bulan Mei adalah bulan yang identik dengan pentingnya pendidikan. Keduanya pun dihubungkan oleh pabrikan susu Frisian Flag.
Menurut mereka, meski susu lekat dengan label sebagai minuman kesehatan, kebugaran dan penuh gizi. Namun, manfaat susu terkadang masih belum tersampaikan dengan baik. Menyambut hari susu sedunia dan juga hari pendidikan, Frisian Flag Indonesia (FFI) menggandeng Universitas Brawijaya, Universitas Padjadjaran serta berbagai sekolah dasar untuk menyebarkan manfaat susu melalui sosialisasi atau edukasi.
“Saat ini, salah satu fokus FFI adalah membantu pemerintah memerangi stunting yang masih diderita oleh sebagian anak-anak Indonesia dengan penyebaran informasi berbasis ilmiah kepada mahasiwa, pemberian susu dan pembangunan fasilitas olahraga kepada anak-anak sekolah dasar,” jelas Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro dalam siaran persnya.
Andrew menambahkan bahwa masih banyak kendala yang ditemukan dalam mempopulerkan susu sebagai minuman sehat. Pada umumnya, pola makan sehari-hari orang Indonesia belum memenuhi gizi seimbang. Gizi seimbang diartikan sebagai ragam bahan makanan yang berkualitas, jumlah dan proporsi yang sesuai sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Hasil studi SEANUTS (South East Asian Nutrition Survey) yang diinisiasi oleh FrieslandCampina tahun 2012 terhadap lebih dari 16.000 anak usia 6 bulan – 12 tahun, menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia mengalami berbagai permasalahan terkait dengan kesehatan dan gizi, seperti gaya hidup kurang aktif, malnutrisi, kekurangan vitamin D serta gangguan pertumbuhan fisik atau stunting.
Sementara, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 menunjukkan, konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 16,5 liter/kapita/tahun dari target 20 liter per kapita per tahun. Konsumsi ini merupakan yang terendah di Asia Tenggara. Bandingkan dengan Brunei Darussalam yang mencapai 129.1 liter, Malaysia dengan 50.9 liter, Singapura sebanyak 46.1 liter, dan bahkan masih jauh lebih sedikit dibandingkan dari Vietnam yang berada di angka 20.1 liter susu per kapita per tahun.
Dalam menu masyarakat modern, susu menjadi minuman yang wajib ada. Hal ini tercermin dari berbagai aturan makan yang dianjurkan oleh pemerintah di berbagai belahan dunia. Di Amerika ada yang namanya My Plate, Indonesia dulu mempunyai 4 Sehat 5 Sempurna yang lalu disempurnakan menjadi Pedoman Gizi Seimbang. Pengetahuan akan pentingnya susu bahkan sudah dimulai ketika manusia mulai beralih dari berburu ke bertani. Jadi kehidupan manusia memang berkaitan erat dengan konsumsi susu.
“Dengan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap susu, akan menciptakan domino efek yang baik terhadap industri. Produksi susu nasional yang baru bisa mencukupi 20% kebutuhan pasar bisa semakin ditingkatkan karena adanya permintaan dari masyarakat,” ujar Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Husmy Yurmiati Ir., M.S.
Kampanye ini pun telah menjangkau 14 Sekolah Dasar yang tersebar di Bandung, Sumedang, Lembang, Pengalengan, Malang, dan Pasuruan. Dalam acara ini, pendidikan mengenai pentingnya kebiasaan minum susu setiap hari dan berolahraga secara teratur disampaikan kepada lebih dari 5.000 siswa SD.