GAGAL! Snow White Live Action jadi Alarm Pentingnya Social Listening

Film live-action Disney Snow White yang baru saja dirilis di bioskop tampaknya tidak mampu menarik perhatian penonton seperti yang diharapkan. Alih-alih sukses besar seperti film live-action Disney lainnya, Snow White justru terlihat “lesu” di box office.
Berdasarkan laman resmi Variety, Snow White hanya berhasil meraup US$ 43 juta dari pasar domestik dan USD 44,3 juta dari pasar internasional pada pekan perdana penayangannya. Hasil tersebut jauh di bawah target awal sebesar US$ 100 juta. Dibandingkan dengan kesuksesan The Lion King atau Beauty and the Beast, pencapaian ini tentu mengecewakan
Sebagai perbandingan, The Lion King yang dirilis pada 2019 sukses besar dengan pendapatan lebih dari US$ 1,6 miliar secara global selama masa penayangannya di bioskop. Melansir Wiki, film tersebut bahkan memecahkan sejumlah rekor box office.
Sementara itu, Beauty and the Beast yang dirilis pada tahun 2017 juga mencatat pencapaian luar biasa. Berdasarkan sumber yang sama, film tersebut berhasil meraup lebih dari US$ 1,26 miliar di seluruh dunia dan menjadi film dengan pendapatan tertinggi kesepuluh sepanjang masa saat itu.
Lalu, apa yang membuat live-action Disney Snow White gagal menarik perhatian penonton? Dan, lebih penting lagi, pelajaran apa yang bisa dipetik dari kegagalan ini?
BACA JUGA: Premiere Snow White Digelar Tertutup, Imbas Kontroversi Berkepanjangan?
Salah satu faktor yang diduga berperan besar adalah kurang efektifnya penerapan social listening. Merujuk pada laman resmi CNN Business, jauh sebelum film ini dirilis, berbagai kontroversi sudah mencuat.
Perubahan karakter tujuh kurcaci serta alur cerita yang dinilai terlalu jauh dari kisah klasik yang familier membuat banyak penonton kecewa. Keputusan Disney memilih Rachel Zegler dan Gal Gadot sebagai pemeran utama Snow White live-action pun menambah panas perdebatan karena pandangan politik mereka yang menuai pro dan kontra di kalangan publik.
Seandainya Disney lebih peka terhadap respons audiens sejak awal, kritik ini mungkin bisa diredam atau bahkan diubah menjadi momentum untuk membangun antusiasme. Seperti yang dijelaskan Philip Kotler dalam bukunya Social Media Marketing: Change 2, perusahaan di era digital memiliki kendali yang lebih terbatas atas citra mereka.
Dalam wawancara dengan Long Term Economy yang diunggah di laman resminya, Kotler menegaskan bahwa opini yang berkembang di media sosial, baik dari pelanggan maupun influencer, dapat dengan cepat menyebar dan memengaruhi persepsi publik.
Kotler juga menyoroti bahwa jarak antara “apa yang dilakukan perusahaan” dan “apa yang dikomunikasikan” kini semakin tipis. Perusahaan tidak hanya perlu membangun strategi komunikasi yang baik, tetapi juga harus sigap memantau opini publik dan merespons dengan tepat jika muncul misinformasi atau sentimen negatif.
Dalam kasus Snow White live-action, Disney tampaknya kurang tanggap terhadap gelombang kritik yang muncul. Kejenuhan publik terhadap tren remake film klasik seharusnya bisa diantisipasi dengan pendekatan yang lebih cermat.
Jika Disney lebih responsif, mereka bisa menghadirkan adaptasi yang tetap segar namun tetap menghargai elemen klasik yang telah membangun kecintaan penonton.
BACA JUGA: Snow White Live-Action Tayang Maret! Apakah Kali Ini Sesuai Ekspektasi?
Keberhasilan The Lion King dan Beauty and the Beast membuktikan bahwa inovasi yang tepat adalah yang mampu menyeimbangkan pembaruan cerita dengan mempertahankan elemen ikonik yang dicintai penggemar.
Sebaliknya, Snow White live-action dinilai terlalu berfokus pada narasi baru tanpa mempertimbangkan ekspektasi audiens yang sudah melekat pada kisah klasik tersebut.
Kegagalan ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku branding dan pemasaran. Social listening yang efektif bukan hanya soal memahami tren, tetapi juga soal membaca emosi audiens dan menyesuaikan strategi agar relevan dengan kebutuhan pasar.
Sebagaimana yang ditekankan Kotler dalam wawancaranya, perusahaan yang sukses adalah yang mampu mendeteksi potensi isu negatif lebih awal dan mengambil langkah strategis untuk mengelolanya.
Pada akhirnya, inovasi yang berhasil adalah inovasi yang mampu menjawab kebutuhan pasar tanpa mengabaikan identitas yang telah membangun loyalitas pelanggan.
Gagalnya Snow White live-action mengingatkan kita bahwa mendengarkan audiens dengan cermat, memahami harapan mereka, dan merespons dengan cepat adalah kunci membangun citra positif sekaligus meraih kesuksesan yang berkelanjutan.