Gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) pesimistis target penjualan kendaraan bermotor roda empat atau mobil bisa menyentuh 1 juta unit pada tahun 2025. Di sisi lain, tren pertumbuhan industri otomotif pada tahun depan masih diliputi ketidakpastian sehingga sulit untuk diprediksi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Jongkie Sugiarto, Ketua Gaikindo dalam sesi Indonesia Industry Outlook 2025 pada gelaran acara MarkPlus Conference 2025.
“Untuk tahun 2025, kami belum berani memprediksi. Belum berani memprediksi apakah kita mau balik ke target penjualan 1 juta atau tidak,” kata Jongkie, Kamis (5/12/2024).
Jongkie mengatakan terdapat beberapa alasan mengapa dirinya belum berani memberikan prediksi untuk industri otomotif roda empat pada tahun 2025.
BACA JUGA Suzuki Indonesia Dorong Pertumbuhan Pasar Otomotif di GJAW 2024
“Pertumbuhan tahun 2024 sendiri mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni mencapai 15% dibanding tahun 2023. Di tahun 2023 penjualan mobil menyentuh 1 juta, sementara tahun 2024 sampai dengan Oktober kemarin baru mencapai 710.000 unit, dan kami pun sudah merevisi target penjualan 2024 ini hanya sampai 855.000,” ujarnya.
Selain tren penjualan, Jongkie menyampaikan hal ini terjadi karena ramainya tren mobil electric vehicle (EV) yang terlihat ‘berbondong-bondong’ untuk masuk ke Indonesia.
“Ramainya mobil-mobil EV masuk ke Indonesia, khususnya dari Tiongkok yang belakangan ini masuk dan agak ‘ngobrak-abrik’ pasar Indonesia yang selama ini dikuasai oleh Jepang,” ucapnya.
Hal ini ditambah lagi, merek-merek mobil EV yang baru saja menginjakkan kakinya di pasar Indonesia menawarkan harga yang cukup bersaing, bahkan terbilang cukup fantastis dengan ragam fitur yang ditawarkannya.
Belum lagi, kehadiran mobil-mobil EV yang belum didukung dengan ekosistem yang matang berupa charging station. Menurut Jongkie, keberadaan charging station yang masih langka untuk ditemui menjadi pertimbangan utama masyarakat masih enggan untuk membeli mobil EV.
BACA JUGA Taktik Mazda Indonesia Perkuat Posisi di Pasar Otomotif lewat GJAW 2024
“Meskipun banyak mobil asal Tiongkok yang nawarin harga Rp 300 juta hingga Rp 400 juta sudah full EV, masyarakat masih belum juga tertarik. Karena, charging station-nya yang masih kurang, sehingga mereka mikir mau charging dimana,” kata Jongkie.
Aspek lainnya yang membuat Jongkie cukup ragu untuk melihat tren industri otomotif pada tahun depan adalah adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mencapai 12% dan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang naik hingga 6,5%.
Kemudian, kenaikan opsen untuk bea balik nama kendaraan bermotor, yakni BBNKB juga dinilai menjadi salah satu aspek penjualan kendaraan roda empat kurang meningkat.
“Adanya sejumlah kebijakan baru ini tentu saja akan berimbas pada mobil yang seharga Rp 300 juta ke bawah. Sementara, masyarakat kita kebanyakan membeli mobil di rentang harga segitu,” tutur Jongkie.
Editor: Ranto Rajagukguk