Indonesia tengah meningkatkan taraf pendidikan nasional. Karena itu, segenap perbaikan dilakukan di sektor pendidikan. Salah satunya transfer ilmu pengetahuan dari negara maju, seperti Jepang.
Perusahaan edukasi swasta asal Jepang, Gakken Holdings Co, Ltd. melalui anak usahanya Gakken Educational memperkenalkan program pembelajaran “After School” untuk para anak-anak di Indonesia. After School adalah program pembelajaran matematika yang diselenggarakan setelah jam belajar di Sekolah Dasar (SD).
Sampai dengan Januari 2018, metode ini telah diselenggarakan di 80 Sekolah Dasar Negeri di Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Angka ini bertambah signifikan sejak After School diperkenalkan pada Februari 2017 yang saat itu berjumlah hanya satu sekolah.
Kerjasama di sektor pendidikan formal ini adalah buah kolaborasi Private-Government antar kedua negara. Pasalnya, program ini diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Kota dan Daerah yang menjadi mitra Gakken. Senior Manager Global Strategy Division Gokken Holdings Miwa Kanai mengungkapkan, pihaknya ditunjuk langsung oleh walikota Parepare untuk menyelenggarakan bimbingan belajar.
“Skema kerja sama kami adalah dengan Dinas Pendidikan Daerah atau Kota yang berminat dengan metode belajar yang kami tawarkan. Jadi, Gakken tidak memungut biaya dari orang tua secara langsung,” papar Miwa di Ayana Hotel, Jakarta, Kamis (13/9/2018).
Dia menjelaksan, program After School adalah program perdana dirintis di Indonesia. Di negara luar Jepang, seperti Malaysia, Myanmar, dan Hong Kong, perusahaan hanya menawarkan servis bimbingan belajar melalui model usaha waralaba.
“Sehingga, harapannya, melalui After School ini, semakin banyak pemerintah daerah maupun institusi pendidikan di Indonesia yang tertarik untuk bekerja sama dengan kami,” terang Miwa.
Konsep berbeda
Sementara itu, Teppei Shioda, Global Business Office, Sales Department Gakken Educational menuturkan, program After School dilakukan selama empat hari dalam seminggu dengan durasi satu jam. Sesuai namanya, program ini dijalankan seusai kegiatan belajar-mengajar harian berlangsung. Dalam ruang kelas itu, anak-anak akan diberikan worksheet dimana sensei (guru) akan menemani kegiatan belajar tersebut.
“Bedanya After School dengan kegiatan belajar biasa adalah program ini mengajak setiap anak didik untuk belajar perorangan. Terdapat worksheet (materi_red) yang diberikan untuk menilai kompetensi masing-masing anak. Jadi, tidak menggunakan buku pelajaran yang sama,” terang Shioda.
Ia melanjutkan, peran sensei tidak memberikan jawaban jika anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Melainkan memberikan pertanyaan dan saran yang membuat anak paham, dan berpikir untuk mencari jalan keluar.
“Kami juga mengajarkan anak untuk tertib dan disiplin, seperti anak berbaris sebelum masuk ke ruang kelas, tidak menganggu proses belajar, dan megikuti aturan yang disepakati bersama. Di dalam bahasa Jepang, budaya itu disebut Tokuiku atau pendidikan moral,” katanya lagi.
Berdasarkan pilot project yang dilakukan di kelas 2 SD di Parepare, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan anak dalam mengerti dan menjawab soal. Sebelum mengikuti After School, hanya 31% anak yang bisa menjawab pertanyaan matematika dengan benar. Setelah program ini bergulir selama 2,5 bulan, tingkat kemampuan meningkat menjadi 69%. Selama enam bulan melompat hingga mencapai 90%.
“Prinsip kami adalah joy of learning, self confidence, dan zest for living (semangat untuk terus maju). Kami juga menyajikan soal-soal dengan cerita di dalamnya untuk melatih imajinasi,” paparnya.
Bisnis Gakken
Di Jepang, Gakken adalah pelopor bimbingan belajar yang didirikan pada tahun 1947 oleh seorang guru matematika bernama Hiroaki Miyahar. Nama Gakken diadopsi dari nama awal perusahaan, yaitu Gakudha Kenkyusha. Dengan Gak berarti ilmu, dan Ken berarti penelitian.
“Gakken dibentuk untuk mentranformasi Jepang pasca Perang Dunia dua. Menurut sang pendiri, pendidikan adalah pilar utama agar Jepang bangkit,” ucap Miwa.
Di Jepang, Gakken menjadi pemimpin pasar bimbingan belajar dengan sistem waralaba di mana perusahaan ini memiliki lima kantor cabang yang tersebar di Osaka, Tokyo, Nagiya, Sendai, dan Fukuoka. Di luar Negeri Matahari itu, Gakken telah berekspansi ke enam negara, yakni Malaysia, Hong Kong, Singapura, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.
Pada tahun 2017, perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 247 juta dari bisnis waralaba bimbingan belajar, penerbitan buku belajar anak, alat tulis, konten digital, taman kanak-kanak, hingga perumahan bagi lansia. Di negara asalnya, bimbingan belajar Gakken, yaitu Gakken Classroom telah memiliki 15.000 kelas dengan 420.000 anggota.
Editor: Sigit Kurniawan