Perusahaan pembiayaan asal Jepang Bussan Auto Finance (BAF) baru saja meluncurkan logo barunya setelah 20 tahun eksis di pasar Indonesia. Bukan sekadar logo baru, BAF pun membawa misi besar yang akan mendiversifikasi model bisnis mereka.
Sampai hari ini, 90% bisnis BAF berasal dari pembiayaan untuk kendaraan roda dua merek Yamaha. Di balik itu, 20% saham BAF Indonesia memang dimiliki oleh Yamaha. Sisanya, bisnis BAF ada di sektor pembiayaan elektronik, perlengkapan rumah tangga, alat pertanian, dana, dan yang terbaru adalah pembiayaan mobil baru.
“Lima tahun ke depan, kami ingin mengubah proporsi ini. Harapannya, bisnis kami akan bergeser 60% Yamaha, 40% bisnis lainnya,” jelas CEO BAF Indonesia Lynn Ramli di Jakarta.
Berangkat dari nasihat investor tersukses dunia Warren Buffet, “Jangan pernah meletakkan semua telur dalam satu keranjang,” BAF pun ingin membagi risiko bisnisnya dengan melakukan diversifikasi produk.
“Kami tengah menyiapkan pendekatan baru ke pasar Business to Consumer (B2C). Jika selama ini kami masuk lewat diler dan diler tersebut yang merekomendasikan BAF ke konsumen motor, ke depan kami ingin menyentuh langsung konsumen tersebut,” lanjut Lynn.
Lynn menilai pasar B2C yang mereka targetkan ini memiliki potensi bisnis yang sangat besar, khususnya di sektor peralatan rumah tangga, mobil baru, dan dana syariah. Lynn mencontohkan sebuah toko Alaska di Makassar. Di sana, sambung Lynn, permintaan pembiayaan alat rumah tangga luar biasa besar.
“Saya dulu di Adira dan tahu betul bahwa pembiayaan semacam ini besar sekali. Bagi kami, yang terpenting adalah harus mendiversifikasi portofolio kami. Karena 90% bisnis di motor ini sangat berisiko,” tutup Lynn.
Editor: Sigit Kurniawan