Gantikan Batu Bara dan CPO, Nikel Jadi Primadona Tahun Depan

marketeers article
Gantikan Batu Bara dan CPO, Nikel Jadi Primadona Tahun Depan (FOTO:123RF)

Chief Economist Citibank Helmi Arman Mukhlis mengatakan bahwa CPO atau minyak sawit dan batu bara tahun ini masih menjadi komoditas yang menghasilkan penerimaan terbesar negara. Namun tahun depan, dua komoditas tersebut perlahan akan pudar popularitasnya.

Alasannya, konflik berkepanjangan kedua negara Eropa timur yakni Rusia dan Ukraina membuat kondisi geo-politik global semakin tegang. Banyak negara yang mengantisipasi kondisi ketidakpastian ini dengan menimbun sumber energi saat ini.

“Dengan memanasnya situasi geo-politik, keamanan sumber energi menjadi prioritas di banyak negara,” kata Helmi dalam webinar Asia Development Bank Indonesia pada Rabu (8/6/2022).

Kondisi ini juga mengakhiri harga komoditas CPO dan batu bara yang sebelumnya naik pada kuartal pertama tahun 2022. Lanjut Helmi, Cina termasuk salah satu negara yang turut mengamankan sumber energi. Cina setidaknya meningkatkan produksi batu bara domestik tahun ini. Dari tahun ke tahun sejak tahun 2020, produksi kapasitas produksi batu bara Cina terus meningkat. Dengan meningkatkan produksi domestik, maka Cina juga menekan kuantitas impor batu bara.

Data menunjukkan, adanya kenaikan jumlah produksi per tahun dari tahun 2020 ke 2021 sebanyak 5,7% menjadi 4,1 miliar ton. Tahun ini, Cina juga memiliki target produksi batu bara dengan menaikkan 7% dari jumlah produksi tahun sebelumnya menjadi 4,4 miliar ton.

“Cina punya target untuk meningkatkan produksi batu bara lokal mereka hingga 300 juta ton. Dan ini sangat besar jika dibandingkan dengan ukuran seaborne coal market atau pasar batu bara lintas laut global,” papar Helmi.

Helmi menjelaskan juga produksi batu bara di Cina, yakni selama empat bulan pertama naik sekitar 15% jika dibandingkan dengan tahun lalu. “Ada kemungkinan impor batu bara yang dilakukan Cina dari seaborne coal market akan lebih rendah. Ini yang membuat Citi memprediksi harga batu bara akan kembali turun tahun depan,” lanjut Helmi.

Meski CPO dan batu bara tidak lagi menjadi primadona untuk penerimaan pendapatan negara. Ekonom International Monetary Fund (IMF) Martin Stuemer menjelaskan bahwa Indonesia masih memiliki pengganti, yakni nikel. Ada dua hal mengapa nikel mampu menggantikan keduanya sebagai komoditas sumber penerimaan terbesar.

Pertama, nikel disebut Stuermer berperan penting dalam proses menuju net zero emission. Proses peralihan menuju penggunaan bahan bakar ramah lingkungan diprediksi akan tetap berlanjut. Kedua, harga nikel diprediksi mampu menanjak hingga US$ 40 ribu atau senilai Rp 579 juta dengan tingkat konsumsi yang beriringan.

“Konsumsi nikel bisa naik hingga tiga kali lipat dalam tempo 20 tahun,” ujarnya.

Dengan Indonesia menjadi negara dengan 37,04% cadangan nikel dunia menurut United States Geological Survey pada 2021, ini membuat Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbanyak. Produksi CPO dan batubara tidak

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related