Gara-gara Spoiler, Pembuat Film Bisa Merugi

marketeers article
Ilustrasi bioskop, sumber gambar: 123rf

Spoiler atau bocoran dari film baru memang menjengkelkan. Bukan hanya untuk kita sebagai penonton, spoiler yang kerap dilontarkan secara sengaja maupun tidak, ternyata juga memengaruhi bisnis para pemilik bioskop hingga membuat rugi pembuat film. Tantangan ini hadir ketika permasalahan pembajakan film belum tuntas.

Berdasarkan laporan Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) pada tahun 2020 kerugian akibat pembajakan film mencapai Rp 5 triliun. Artinya, seluruh pekerja film mulai dari produser, aktor, rumah produksi, sampai bioskop dirugikan dari adanya pencurian hak kekayaan intelektual ini.

Begitu juga dengan adanya spoiler. Arindya Pratama Lubis, Wakil Ketua Bidang Humas Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) mengungkapkan, pihaknya cukup resah dengan banyaknya spoiler dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya masyarakat memberikan bocoran mengenai film yang baru ditonton mulai dari obrolan warung kopi hingga konten-konten review yang marak di YouTube.

“Begitu ada yang sudah menonton sekali kemudian mereka bercerita ke teman-teman lainnya. Itu bisa mengurangi minat orang menonton di bioskop. Kami pelaku bioskop dan pembuat film jelas dirugikan karena waktu film itu tayang di bioskop adalah momen untuk meraup keuntungan sebanyaknya. Makanya, kami terus melakukan edukasi agar penonton tidak melakukan spoiler,” ujar sosok yang karib disapa Tama kepada Marketeers, Senin (20/6/2022).

Menurutnya, upaya edukasi untuk tidak melakukan spoiler bahkan telah dilakukan oleh raksasa film dunia Hollywood. Di sana, kampanye anti spoiler film telah marak dilakukan. Salah satu contohnya adalah upaya edukasi yang dilakukan perusahaan Marvel Entertainment, LLC.

“Seperti film Marvel sekarang sudah mulai tidak boleh spoiler. Mungkin ke depan harus digaungkan oleh teman-teman profesional untuk tidak spoiler,” ujarnya.

Kendati demikian, Tama mengaku tak dapat menindak tegas para pelaku spoiler. Sebab, hingga sekarang belum ada regulasi yang mengatur tentang kejahatan spoiler. Termasuk pula para content creator YouTube yang mendapatkan keuntungan materi dari review film tidak dapat ditindak tegas.

Para pengusaha bioskop hanya bisa melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak memberikan spoiler. Sehingga bisnis yang telah berusia lebih dari 120 tahun ini bisa kembali dikunjungi banyak penonton.

“Sejauh ini dasar aturannya masih belum ada, jadi orang menganggap spoiler adalah hal biasa dan dianggap sebagai review. Itu yang perlu diedukasi batasnya sejauh mana, bahkan kalau YouTub-er mau cover lagu sebenarnya ada risiko merugikan (pencipta lagunya),” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS