Garap Bisnis Ritel, Perum Perindo Siapkan Olahan Ikan Siap Saji

marketeers article
Fry sardines. Omega 3. Fish with herbs. Mediterranean fish. roast, broi, grill fish packaged in paper

Usai mencatatkan pendapatan yang mencenangkan dalam tiga tahun terakhir, Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) tak mau ketinggalan peluang pada tahun ini. Mengejar target pendapatan Rp 1,39 triliun, Perindo bakal menggarap bisnis ritel dengan meluncurkan produk Ready to Cook dan Ready to Eat.

Inovasi yang tengah dikembangkan Perindo dikatakan Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia Risyanto Suanda berangkat dari pergeseran kebutuhan masyarakat saat ini.

“Produk ikan kita melimpah, namun daya jangkau ke konsumen masih rendah. Saya ambil contoh kaum ibu yang kerap kesulitan dalam mengolah ikan di mana mereka harus memberishkan sisik dan duri. Apalagi, anak-anak muda yang mungkin tidak punya waktu lantaran harus bekerja,” ujar Risyanto dalam gelaran BUMN Marketeers Club ke-60 di Jakarta, Selasa (29/01/2019). Perindo kemudian membuat produk ikan yang ready to cook dan ready to eat.

Untuk produk ready to cook, konsumen nantinya bisa pergi ke supermarket untuk membeli produk ikan yang telah dibersihkan seutuhnya dan bisa langsung dimasak di rumah. Sementara produk ready to eat merupakan ikan olahan dalam kemasan yang sudah dibekukan dan hanya perlu dipanaskan konsumen di rumah untuk dapat dikonsumsi.

“Kami targetkan produk tersebut bisa diluncurkan di semester awal tahun ini. Sejauh ini, kami tengah  mengembangkan produk tersebut, baik dari jenis produk, saluran distribusi, hingga retailer-nya. Kami masih mempertimbangkan akan membangun jaringan distribusi sendiri atau bergabung dengan distributor yang sudah eksis,” ujar Risyanto.

Selain untuk menambah pundi-pundi pendapatan, strategi ini diyakini Risyanto sekaligus menjadi cara Perindo memastikan kualitas produk mereka di lapangan. Pasalnya, cara ini memungkinkan Perindo terjun ke ritel dan melihat langsung apakah produk yang sampai ke konsumen berkualitas dan terjangkau.

“Permasalahan yang kerap kami temukan adalah terdapat margin harga yang cukup tinggi. Sebagai contoh, harga satu kilogram ikan kembung Rp 22 ribu di pasar ikan Muara Baru, namun di wilayah Depok, Bogor, dan sekitarnnya mencapai Rp 40 ribu. Jaraknya terlalu jauh. Kami berkepentingan agar masyarakat bisa menikmati ikan lebih banyak lagi maka harga jual harus kompetitif,” ungkap Risyanto.

Editor: Sigit Kurniawan

Related