Media sosial (Medsos) belakangan dihebohkan dengan ulasan buruk dari seorang food vlogger, Makan Lur, terhadap warung Nyak Kopsah. Pengulas yang akrab disapa Aa Juju itu menilai suasana di sana kotor, bau, dan makanannya tidak segar.
Setelah kejadian ini viral, food vlogger lainnya pun turut memberikan ulasan untuk warung Nyak Kopsah. Salah satunya adalah Codeblu, yang mengeluhkan soal rasa makanan, kebersihan, hingga pelayanan di sana dalam konotasi kurang baik.
Ulasan tersebut menjadi makin geger setelah sang pemilik warung, Bang Madun, memberi tanggapan. Ia merasa tidak terima dengan penilaian itu lantaran dianggap menjatuhkan usaha kulinernya.
Lantas, benarkah memberi ulasan buruk untuk sebuah tempat makan sama saja seperti menjatuhkan usaha mereka? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini:
Berpotensi Mematikan Bisnis
Luca dalam Reviews, Reputation, and Revenue: The Case of Yelp.com (2011) membuktikan bahwa ulasan buruk di medsos memang dapat memengaruhi reputasi beserta pendapatan suatu bisnis kuliner.
Berdasarkan penelitiannya, peningkatan satu bintang pada Yelp, situs ulasan berbagai fasilitas seperti restoran, salon, dan kelab malam, bisa meningkatkan penghasilan sebesar lima sampai 9%. Begitu pun sebaliknya.
BACA JUGA: Jumlah Serangan Meningkat, Ini 4 Ancaman Siber Terbesar ke UKM
Fenomena ini menunjukkan bahwa ulasan yang disampaikan secara daring berkontribusi dalam membentuk reputasi sebuah bisnis. Pasalnya, ulasan terdahulu akan memengaruhi keputusan calon pelanggan: apakah akan mengunjungi restoran tersebut atau tidak.
Dengan kata lain, ulasan dari konsumen bisa menjadi hal penting dalam menarik konsumen baru, mempertahankan kepercayaan, serta mengetahui penilaian kepuasan konsumen saat membeli produk atau jasa pelaku usaha.
Kalau pun dilihat dari sisi konsumen, sebetulnya bukan hal yang salah jika memberi ulasan berkonotasi negatif di medsos. Sebab, hak tersebut sudah diatur dalam UU Perlindungan Konsumen.
Sebagaimana dijelaskan laman Hukum Online, Pasal 4 huruf d UU Perlindungan Konsumen menyebut salah satu hak konsumen adalah hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.
Bahkan jika pendapat yang diberikan negatif, pelaku usaha dapat menjadikannya sebagai evaluasi atau sebagai bahan pengembangan produk atau jasa kembali. Namun, tentunya, hal ini perlu disampaikan secara etis.
Etika Memberi Ulasan Buruk
Masih menukil laman Hukum Online, ada beberapa etika yang perlu diterapkan jika ingin memberi ulasan negatif di medsos. Pertama, gunakan bahasa yang wajar dan patut agar pendapat dapat lebih mudah dipahami serta tidak multitafsir.
BACA JUGA: Viral Konten Resign karena Lingkungan Toxic, seperti Apa Tandanya?
Kedua, berikan ulasan dengan jujur apa adanya yang sesuai dengan fakta. Jika ulasan tersebut memang sesuai dengan kenyataan, maka tidak bisa dikatakan telah mencemarkan nama baik produk atau jasa.
Ketiga, lampirkan bukti seperti foto atau video sebagai bukti pendukung ulasan yang diberikan. Ini akan membantu jika pada kemudian hari ulasan tersebut dimintai pertanggungjawabannya oleh pelaku usaha atau jika timbul sengketa.
Terakhir, usahakan untuk terlebih dahulu menyampaikan keluhan atau kritik secara langsung kepada pelaku usaha, misalnya melalui direct message, email, contact layanan pengaduan konsumen yang disediakan, atau kepada pelayan toko.
Demikianlah sekilas ulasan mengenai etika memberi ulasan buruk di medsos. Semoga huru-hara yang menimpa para food vlogger belakangan ini bisa menjadi pelajaran untuk ke depannya.
Editor: Ranto Rajagukguk