Marketeers kembali menggelar Campus Marketeers Club. Bertempat di SMK Strada Daan Mogot, acara CMC tersebut mengambil tema “Career Outlook in Marketeers and how to fit in” yang membahas karier di industri, khususnya media serta skillset yang dibutuhkan generasi muda atau Generasi Z (Gen Z) yang akan memasuki dunia kerja.
Lucia Maria S, S.Pd, Kepala Sekolah SMK Strada Daan Mogot menyampaikan salah satu program unggulan sekolah adalah career path, yang mana program tersebut bertujuan untuk menyiapkan para siswa menuju dunia kerja. Program pun sudah dimulai sejak kelas 10, mulai dari pendampingan, pelatihan, workshop, kerja sama dengan industri, hingga job fair.
“Kali ini, kami melaksanakan program pengenalan dunia industri. Ini juga berkaitan dengan kegiatan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Kebekerjaan. Para siswa dapat memanfaatkan momen ini untuk memahami apa yang harus dipersiapkan sebelum memasuki dunia kerja,“ kata Lucia dalam acara Campus Marketeers Club di SMK Strada Daan Mogot, Selasa(23/05/2023).
BACA JUGA: Berani Punya Positioning Berbeda-beda, Kunci Dekati Konsumen Gen Z
Marthani, COO Marketeers menuturkan di era ini, perusahaan mencari talenta yang siap bekerja atau skillfull. Sebab, talenta tersebut akan lebih mudah mengikuti ritme perusahaan.
Ia menjelaskan umumnya perusahaan melakukan rekrutmen talenta baru dari proses magang, karena mereka sudah memiliki pengalaman bekerja di perusahaan tersebut. Dengan begitu, mereka lebih mudah beradaptasi dengan perusahaan.
Selain itu, dalam proses rekrutmen, perusahaan akan melihat rekam jejak calon talenta dalam aktivitas keorganisasian di sekolah. Oleh karena itu, penting sekali untuk aktif dalam berkegiatan sejak sekolah.
“Dalam satu hari, HRD menerima ratusan, bahkan ribuan CV. Oleh sebab itu, kalian harus membuat CV kalian berbeda dengan yang lain dengan aktif di organisasi. Kegiatan tersebut akan membuat kalian memiliki softskill yang bagus karena kalian sudah terbiasa berkomunikasi dengan orang lain, terbuka dengan opini, hingga mengatur pekerjaan sesuai jadwal,” ujar Martha.
Setelah memasuki dunia kerja pun, harus siap mengatur pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan penuturan Martha, perusahaan akan senang dengan karyawan yang aktif. Sebagai contoh, aktif dalam melakukan kegiatan tambahan yang bukan termasuk pekerjaan intinya.
“Karyawan yang aktif akan dilihat sebagai nilai plus oleh manajemen. Mengikuti kegiatan tambahan juga akan membuat kalian mendapatkan pengetahuan baru, dan bertemu dengan teman dari divisi lain yang mungkin ke depannya bisa saling membantu, berkolaborasi,” ucap Martha.
Dalam dunia kerja pun, ada karyawan yang cenderung perfeksionis dan ambisius. Ada pula yang santai-santai saja, dan suka menunda-nunda pekerjaan.
“Kuncinya hanya satu, just do it! Kalau dikasih tugas, jangan menunda-nunda. Langsung lakukan. Kalau tidak mengerti, tanya. Semakin cepat pekerjaan kalian selesai dilakukan, kalian bisa melakukan hal lain tanpa merasa terbebani dengan pekerjaan yang belum selesai,” tutur Martha.
Martha juga memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan oleh Gen Z dalam berkarier. Dia menyatakan Gen Z harus melakukan Marketing Yourself in Workplace, yaitu memasarkan diri mereka agar perusahaan tertarik untuk mempekerjakan mereka.
“Untuk itu, Gen Z harus bisa memahami diri mereka sendiri, apa sekiranya yang membedakan mereka dengan orang lain. Begitu pun saat sudah masuk, bagaimana agar kalian bisa dipromosikan. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah networking. Ini adalah harta terbesar dan harus dimiliki Gen Z,” ujarnya.
BACA JUGA: Tiga Kunci Penting Merencanakan Keuangan untuk Gen Z
Selanjutnya, Building Your Own Business. Networking yang sebelumnya sudah dilakukan dengan baik dapat membantu Gen Z untuk melahirkan bisnis mereka sendiri.
Ada pula Career Outlook, yaitu di industri mana Gen Z ingin berkarier. Perencanaan karier sejak dini dengan memperhatikan kapasitas akan membantu Gen Z lebih fokus memilih sektor industri yang tepat.
Lalu, skills for the future. Ada beberapa skill yang harus dimiliki oleh Gen Z, seperti kepemimpinan, mengolah dan menganalisis data, kemampuan dalam memecahkan masalah dan melakukan analisis.
Terakhir, Gen Z juga dituntut memahami Next Business Trends. Dunia yang terus berkembang memunculkan berbagai tren baru, seperti penerapan artificial intelligence (AI) dan Metaverse. Tren mengenai sustainability dan social impact bahkan kini menjadi pembicaraan di forum-forum besar hingga kecil yang diharapkan Gen Z bisa makin relevan dengan isu-isu tersebut.
“Semua ini harus dipahami oleh Gen Z sehingga mereka bisa mengetahui peluang dan tantangan yang akan dihadapi dengan adanya tren tersebut sekarang, dan apa yang bisa mereka lakukan ke depannya,” tutur Martha.
Editor: Ranto Rajagukguk