Generasi Z (Gen Z) seolah tengah menjadi primadona di berbagai sektor industri. Perbincangan mengenai generasi yang lahir pada tahun 1997-2012 ini jadi topik hangat, tak terkecuali dalam dunia marketing. Sejak empat tahun lalu, para ahli pemasaran bahkan telah menyerukan para brand untuk beralih ke gen z sebagai new youth.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers dalam pembukaan Marketeers Youth Choice Award (YCA) 2025 yang digelar di Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Iwan mengatakan, jika dulu saat berbicara youth marketing erat kaitannya dengan generasi milenial atau Gen Y, tapi itu tidak lagi berlaku untuk sekarang.
BACA JUGA Gen Z Rising, Saatnya Brand “Move on“ dari Milenial ke Gen Z
Kini milenial tidak lagi bisa masuk segmen youth dalam marketing, karena dari segi rentang usia 29–44 tahun. Artinya, Gen Y telah memasuki fase kehidupan yang berbeda.
“Saat ini sudah memasuki era Gen Z sebagai new youth, jumlahnya pun telah mendominasi dari segi populasi Indonesia yakni mencapai 29%, melampaui milenial yang hanya 26%. Lalu, dari sisi tenaga kerja atau workforce juga jumlahnya sudah di atas milenial. Jadi kalau diperhatikan, gen Z sudah punya spending power,” ungkap Iwan dalam acara yang digelar di CGV Grand Indonesia tersebut.
Namun, Iwan menambahkan, kekuatan Gen Z tidak hanya sebatas pada daya belinya sendiri. Bukan hanya soal jumlah mereka yang besar, tetapi mereka juga punya peran penting sebagai pengambil keputusan, baik di rumah maupun korporasi, menurut Iwan.
“Gen Z juga memengaruhi keputusan di ranah rumah tangga hingga di perkantoran. Dalam banyak kasus, Gen Z menjadi decision maker untuk keluarga dan dunia kerja. Peran mereka sebagai gateway untuk pengeluaran keluarga dan korporasi menjadikan Gen Z target strategis bagi banyak brand,” ucapnya.
Kenapa Gen Z Begitu Berbeda?
Gen Z yang dikenal sebagai digital native cenderung mencari authenticity. Platform seperti TikTok populer di kalangan mereka karena menawarkan kejujuran dan ekspresi diri yang apa adanya.
BACA JUGA Survei: Gen Z Habiskan Rp 25.000 untuk Secangkir Kopi
“Berbeda dengan milenial yang lebih suka menampilkan versi terbaik dari diri mereka, Gen Z lebih menghargai konten otentik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,” kata Iwan.
Dari sisi konsumsi informasi, Gen Z lebih mengandalkan media sosial dan konten viral daripada search engine seperti Google.
“Dalam belanja, Gen Z juga lebih memerhatikan aspek functional utility dan nilai produk, daripada hanya terpaku pada kebutuhan emosional,” sambung Iwan.
Gen Z merupakan generasi yang punya potensi besar dan memiliki peran strategis dalam membentuk tren masa depan bisnis. Mereka bukan hanya menjadi target market, tetapi juga kunci untuk masa depan bisnis yang berkelanjutan.
Editor: Eric Iskandarsjah Z