Generasi Langgas: Tidak Hanya Selfie, Tapi Juga Suka “Tersesat”

marketeers article
74780889 man asian backpack waiting train at the train station.back man.

Generasi Y atau biasa disebut millennial memang pangsa pasar menjanjikan bagi banyak brand di Indonesia. Menurut BPS, 32% dari populasi Indonesia masuk kategori generasi millennial, atau dalam Bahasa Indonesia disebut generasi langgas. Mereka yang masuk kategori ini lahir di tahun 80-an sampai menjelang tahun 2000.

Menurut data World Economic Forum, sekitar 32% generasi millennial melakukan lebih banyak liburan dibandingkan dengan Generasi X dan 44% lebih banyak dari generasi Baby Boomer. Salah satu ciri generasi ini adalah sudah sangat adaptif dengan yang namanya teknologi. Smartphone sulit lepas dari keseharian mereka.

Untuk menangkap insight seputar para generasi langgas, Samsung Indonesia menggaet konsultan kreatif Yoris Sebastian untuk menulis buku terkait seputar kebiasaan mereka, terutama ketika traveling. Dalam buku yang ditulis bersama rekannya Dilla Amran itu mengisahkan perjalanan keduanya ke Eropa bersama tiga orang pemenang kompetisi yang diadakan Samsung.

Syarat utamanya adalah selain posting foto di Instagram beserta caption yang disyaratkan, secara usia harus masuk kategori millennial dan memiliki smartphone Samsung Seri A.

“Dari perjalanan tersebut, didapat bahwa generasi langgas tidak hanya suka selfie, tapi lebih dari itu. Mereka take foto-foto lain sehingga tidak hanya posting foto muka lalu di-like. Setiap gambar ada story-nya, tidak seperti yang dikira. Mereka juga punya jiwa story teller,” ujar Yoris di Jakarta pada Rabu (22/11) 2017.

Insight lain adalah bahwa mereka dianggap sigap dengan segala kondisi. Dari awal diumumkan nama pemenang, tujuan spesifik di Eropa tidak pernah disebutkan sampai mereka diberi boarding pass destinasi pertama, yaitu Paris.

Menurut Yoris, hal itu disengaja untuk melihat seperti apa refleksnya menghadapi sesuatu yang tidak dipersiapkan. Dari situ diketahui bahwa sesaat setelah diberi tahu destinasi tujuan, generasi langgas sigap dalam mencari informasi sampai list what to do di sana.

“Memang benar adaptasi terhadap teknologi sudah sangat baik. Dengan bekal gadget di tangan, spot-spot menarik langsung dicari sampai sejarah-sejarahnya. Artinya tingkat keingintahuan generasi langgas sangat besar. Datang ke manapun sudah siap,” sambung Yoris.

Bahkan terkadang generasi langgas acapkali senang dengan ketersesatan. Hal itu agar perjalanan semakin menarik dan menantang sehingga proses mencari tahu bisa lebih dalam lagi. Kembali lagi hal itu tidak membuat khawatir sepanjang gadget masih ada dalam genggaman.

Kesemua kisah perjalanan kemudian terangkum dalam buku bertajuk Born to Explore di mana tiga pemenang beruntung ikut ke Eropa adalah Cindy Pricilla, Okky Mahardika, dan Khafizah Herfana. Ketiganya ada yang baru lulus SMA, segera lulus bangku kuliah, sampai pegawai bank BUMN dan tentu saja masuk kategori generasi langgas.

Ditanya mengapa harus buku, Yoris mengaku bahwa generasi sepertinya memang sudah kadung lekat dengan media fisik seperti buku, walau ia tidak menampik di masa depan kisah-kisah seperti ini bisa dibuat dalam medium lain semisal vlog.

“Media konvensional seperti buku mulai ditinggalkan bukan karena tren digital. Tapi dari yang saya pelajari dari Monocle, karena masalah konten. Selama konten bagus dan berbeda, buku tidak akan ditinggalkan. Contohnya buku saya yang dirilis beberapa tahun lalu masih dicetak ulang sampai sekarang,” sanggah Yoris.

Sementara bagi Samsung, Born to Explore menjadi semacam kampanye berkonsep content marketing karena secara tidak langsung mempromosikan dan memperkenalkan fitur-fitur unggulan dari smartphone seri A mereka, terutama versi 2017. Mereka mengklaim bahwa jajaran seri A yang di Indonesia ada tiga varian, sebagai great traveling companion, terutama kualitas fotonya.

    Related