PT Kimia Farma Apotek mendorong transformasi usaha agar makin relevan dengan perkembangan zaman dan dekat di setiap level konsumen. Oleh karena itu, anak usaha di bawah PT Kimia Farma Tbk tersebut melihat pentingnya transformasi untuk menunjang bisnis dalam jangka panjang.
Agus Chandra, Direktur Utama Kimia Farma Apotek menuturkan meski menjadi top of mind masyarakat dalam pembelian obat, namun perubahan gaya hidup menuntut perusahaan untuk bertransformasi. Pasalnya, demografi masyarakat diisi dengan berbagai generasi, mulai dari X, Y dan dan Z.
Sebagai langkah awal, Kimia Farma Apotek turut mengubah citra lewat slogan barunya: Ingat Sehat, Ingat Kimia Farma.
BACA JUGA: Perkuat Posisi, Kimia Farma Jalin Kerja Sama dengan Optik Melawai
“Lifestyle berubah, dan otomatis yang dilakukan mengikuti tren tersebut. Generasi sudah (banyak) ada Gen Z, ada X dan Y. Transformasi yang kita lakukan ada tiga, pertama transformasi ritel, SDM (Sumber Daya Manusia) dan ketiga korporasi,” kata Agus saat melakukan kunjungan ke MCorp, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Dari sisi transformasi ritel, Agus merombak besar-besaran wajah outlet Kimia Farma Apotek. Perubahan tak terbatas dalam bentuk tampilan outlet, tetapi jenis produk yang dijual.
Jika dulu mayoritas yang dijual adalah obat, maka kini jenis produk yang ditawarkan makin beragam. Produk itu di antaranya personal care, skincare, dan barang penunjang untuk hidup sehat.
BACA JUGA: Reformasi Kimia Farma Apotek, dari Tradisional Jadi Digital
“Dulu banyak obat, kami sekarang ubah menuju beauty health, personal care, skincare, kebutuhan untuk hidup sehat mulai ujung kepala dan kaki,” ujarnya.
Di sisi lain, kehadiran outlet tidak hanya sebatas fisik, sehingga layanan Kimia Farma Apotek bisa diakses secara virtual. Digitalisasi outlet dijalankan lantaran Kimia Farma Apotek memiliki layanan lain, yaitu klinik dan laboratorium.
Agus membeberkan jumlah outlet Kimia Farma Apotek saat ini mencapai 1.244 unit setelah adanya 23 penambahan outlet baru. Dari jumlah itu, 400 lebih memiliki klinik, sementara sisanya absen lantaran minimnya jumlah tenaga kesehatan di daerah.
“Timbul inovasi, kenapa enggak buat virtual klinik? Kami sudah tanda tangan RSCM jadi bisa konsultasi secara daring dengan dokter RSCM. Ini sekaligus mengoptimalkan biaya,” ucapnya.
Selanjutnya, perusahaan juga memperhatikan transformasi SDM. Dengan SDM yang kompeten, maka Kimia Farma Apotek bisa memberikan layanan prima ke pelanggan.
Layanan tatap muka menjadi titik sentuh utama saat pelanggan menyambangi outlet. Oleh karena itu, sapaan hingga servis layanan wajib diperhatikan oleh para petugas Kimia Farma Apotek.
“Kami pengin ikut seperti satpam BCA dulu. Selain sebagai petugas keamanan, satpam BCA memberikan pelayanan ke nasabah dengan baik,” tuturnya.
Aspek terakhir yang tak kalah penting adalah transformasi korporasi. Hal itu diwujudkan dengan menjalankan aksi korporasi mulai dari akuisisi perusahaan hingga potensi initial public offering (IPO) atau pencatatan saham perdana di pasar modal.
Dengan strategi itu, Kimia Farma Apotek berharap dalam empat tahun ke depan, pertumbuhan bisnis dan skala usaha bisa makin besar.
Pasar Gen Z
Hermawan Kartajaya, Chairman MCorp mendukung penuh upaya transformasi bisnis Kimia Farma Apotek. Namun, dia mengingatkan perusahaan yang tidak mengedepankan program berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) akan ditinggalkan oleh pelanggan.
SDGs memiliki lima prinsip dasar atau 5P, yaitu people, planet, prespority, peace, dan partnership. Pada masa sekarang, perusahaan yang tidak mengedepankan prinsip tersebut dipastikan tidak memenangkan hati pelanggan, terutama Gen Z.
“Kalau tidak 5P, saya jamin Gen Z enggak mau. Adanya Gen Z semua berubah total, karena perkembangan teknologi terlalu besar. Gen Z menuntut sosial (people) dan planet,” katanya.
Editor: Ranto Rajagukguk