Meskipun bergerak di sektor yang cenderung aman karena menawarkan barang kebutuhan pokok, sektor FMCG nyatanya harus beradaptasi untuk menjaga relevansinya terhadap konsumen.
Theo T. Gazali, Sales and Marketing Director PT. Dua Kelinci, menilai ada tiga aspek perubahan yang terjadi dalam industri FMCG, yaitu menurun, meningkat, dan tetap.
“Menurun dapat dilihat dari mobilitas luar ruang dengan ditutupnya area publik seperti mal dan pasar tradisional yang berakibat pada penurunan daya beli. Namun, terjadi peningkatan aktivitas dalam rumah. Uniknya daya beli meningkat di sini lewat penjualan kanal daring. Terakhir adalah tetap, yang dapat dilihat dari tetap beroperasinya ritel di pemukiman,” jelas Theo.
Dua kelinci menghadapi perubahan ini dengan cara yang cukup unik. Untuk menggenjot marketing, perusahaan yang berfokus pada produksi snack berbahan dasar kacang ini memperkuat promosinya di kanal digital. Yaitu dengan memanfaatkan kekuatan media sosial yang penggunaannya meningkat selama masa work from home (WFH), menghadirkan konten kreatif, dan menjaga aktivitas di media konvensional.
“Masa WFH ini bisa menjadi peluang baru untuk menawarkan produk camilan. Tentu dengan konten yang menarik dan tawaran yang relevan kepada konsumen,” lanjut Theo.
Misalnya adalah paket promo WFH yang ditawarkan. Dalam paket ini, Dua Kelinci memberikan promo pembelian dalam jumlah tertentu yang akan berhadiah barang-barang kebutuhan di masa pandemi seperti masker.
Tidak hanya itu, Dua Kelinci juga menerapkan program gamification di kanal digital. Program ini juga menawarkan hadiah yang relevan di masa pandemi. Theo mengklaim, cara ini merupakan langkah mereknya untuk menjaga relevansi dan kedekatan dengan konsumen.
“Program-program ini juga diterapkan di marketplace yang bekerja sama dengan Dua Kelinci. Dengan menghadirkan strategi yang relevan dengan memanfatkan berbagai kanal, engagement dengan konsumen dapat terbangun. Kami membuktikan adanya pertumbuhan average sales hingga 100% dibanding dengan periode yang sama pada tahun 2019,” tutup Theo.
Editor: Ramadhan Triwijanarko