Genjot Produksi Tembaga, PT Smelting Tanamkan Investasi Rp 3,3 Triliun
Perusahaan smelter tembaga, PT Smelting menanamkan investasi sebanyak US$ 231 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun (kurs Rp 14.330 per US$). Modal tersebut ditanamkan untuk menambah kapasitas produksi hingga 30%.
Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, upaya strategis ini telah memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional seperti peningkatan devisa dari investasi dan ekspor serta penambahan jumlah serapan tenaga kerja. Dengan perluasan produksi yang dilakukan, nantinya akan meningkat dari 300 ribu ton menjadi 342 ribu ton katoda tembaga per tahun.
“Kami mendapat laporan, investasi dari ekspansinya kali ini mencapai US$ 231 juta dan ditargetkan pembangunannya selesai sebelum akhir Desember 2023. Ekspansi PT Smelting telah dilakukan sebanyak empat kali dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga sebesar 200 ribu ton per tahun,” ujar Agus melalui keterangannya, Senin (21/2/2022).
Menurut dia, pada tahun 1999 merupakan kali pertama ekspansi dilakukan perseroan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ribu ton per tahun. Berikutnya, tahun 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ribu ton. Ekspansi ketiga, pada tahun 2009, menambah kapasitas jadi 300 ribu ton per tahun.
Selama ini, PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Perseroan mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery) dan pabrik asam sulfat.
“Perusahaan yang didirikan sejak tahun 1996 di Gresik, Jawa Timur ini, menjadi pembangunan refinery mineral yang pertama di Indonesia. Dengan ekspansi ini, PT Smelting juga menjadi pabrik smelter tembaga yang pertama dan satu-satunya di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P. Radjamin menambahkan, proyek ekspansi kali ini juga untuk manambah pabrik asam sulfat baru. Selain itu, menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery.
Melalui pembangunan pabrik baru ini, yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat kapasitasnya menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun. “Dengan kontribusi dari perusahaan refinery lainnya yang memiliki kapasitas serapan konsentrat 2 juta ton, maka di Gresik akan menghasilkan total serapan konsentrat 3,3 juta ton. Artinya, Gresik ini akan menjadi wilayah sentra hilirisasi tembaga,” imbuhnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz