Google Arts & Culture bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indoneisa dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghadirkan pameran Wayang dari Museum Wayang Jakarta secara online. Masyarakat kini dapat mempelajari lebih lanjut tentang warisan Indonesia yang kaya dari rumah.
Untuk merayakan keberagaman Wayang, halaman pada web Google Arts & Cultures akan menampilkan 106 buah Wayang yang ditangkap oleh teknologi Art Camera dari Google.
Ada pula 12 pameran interaktif dari beragam jenis hingga busana yang dikenakan setiap Wayang yang khas dari daerah asalnya. Pengunjung juga akan dibawa ke tiga tur street view yang dilengkapi dengan panduan audio, di tambah video tutorial tentang cara pembuatan wayang dari rumah.
Wayang sendiri merupakan salah satu Mahakarya Seni Bertutur dan Warisan Budaya Kemanusiaan Takbenda atau Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity yang diproklamasikan oleh UNESCO. Karena itu, wayang tidak hanya sekedar untuk kesenian atau pertunjukan, namun sesuatu yang harus dilestarikan dan dirayakan.
“Wayang adalah sebuah media refleksi untuk mewariskan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berkat kerja sama antara Google Arts & Culture dan Museum Wayang Jakarta, bagian-bagian penting dari warisan ini telah dilestarikan secara digital dan sekarang ditampilkan untuk umum,” ujar Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta juga menuturkan, pameran Wayang secara online ini juga bisa membantu anak-anak yang sedang menjalani school from home untuk berkenalan dengan warisan budaya bangsa.
“Tidak hanya itu, berkat kolaborasi di bidang teknologi, Museum Wayang juga bisa dinikmati tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, tapi juga bisa diperkenalkan ke seluruh dunia,” kata Anies.
Google Arts & Culture sendiri merupakan mitra inovasi untuk lembaga kebudayaan di seluruh dunia sejak tahun 2011. Dengan mengandalkan teknologi, masyarakat dunia dapat mengakses ke koleksi seni di lebih dari 2.000 museum di dunia. Selain membantu melestarikan berbagai budaya, inisiatif ini juga memungkinkan kurator untuk membuat pameran secara online dan offline.
Editor: Ramadhan Triwijanarko