Google mengumumkan akan menyediakan 11.000 beasiswa Google Career Certificates (GCC) tambahan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dan Telkom Indonesia dalam bidang IT Support, Analisis Data, Desain UX, Pemasaran Digital & E-Commerce, Manajemen Proyek, serta Keamanan Siber. Keenam kursus ini akan membekali para peserta dengan keterampilan profesional dalam tiga hingga enam bulan.
“Sejak tahun 2018, lebih dari 19.000 orang Indonesia telah mendapatkan Google Career Certificates di bidang IT Support, Analisis Data, dan Desain UX. Sekitar 85% dari mereka melaporkan dampak positif (program tersebut) pada karier, dan karena itulah kami kini juga meluncurkan sertifikat untuk bidang Pemasaran Digital & E-Commerce, Manajemen Proyek, dan Keamanan Siber. Ini tahun keempat kami bekerja sama dengan program DTS (Digital Talent Scholarship) Kemenkominfo dan kami yakin beasiswa ini akan membantu lebih banyak orang mewujudkan impian karir mereka,” kata Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia, pada acara tahunan Grow with Google di Jakarta Selatan, Kamis (15/6/2023).
BACA JUGA: Google Akui Sedang Kembangkan Ponsel Lipat Kedua Usai Pixel Fold
Riset baru oleh Economist Impact, yang dilakukan dengan dukungan Google, mengungkap bahwa menurut 77 % karyawan di Indonesia, perusahaan sekarang cenderung mengutamakan keterampilan nyata alih-alih kualifikasi di atas kertas dalam proses perekrutan. Survei (dari November 2022 hingga Januari 2023) terhadap 1.375 karyawan di seluruh Asia Pasifik, termasuk 100 di Indonesia, juga mendapati bahwa mereka melihat analisis dan visualisasi data (56%), IT support (51%), serta pemasaran digital dan e-commerce (48%) sebagai keterampilan teknologi tingkat lanjut yang paling penting untuk dimiliki di pasar kerja saat ini.
Dari karyawan yang disurvei, lebih dari 25% mengatakan coding, programming, artificial intelligence (AI) dan machine learning adalah keterampilan yang harus dimiliki. Data dari tahun 2020 menunjukkan hanya 1% tenaga kerja di Indonesia memiliki keterampilan digital tingkat lanjut.
“Machine learning adalah salah satu kurikulum paling populer yang kami tawarkan melalui Bangkit, program terbaik di industri yang kami persembahkan bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,” kata Randy.
BACA JUGA: Saran Google dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Berbasis Teknologi
Seperti yang disebutkan dalam laporan Economist Impact berjudul “Menjembatani kesenjangan keterampilan: Menumbuhkan karier dan ekonomi di Indonesia”, perkembangan sektor teknologi dapat menciptakan 20-45 juta kesempatan kerja baru. Selain itu, laporan tersebut mendapati bahwa sektor non-teknologi, misalnya jasa profesional, manufaktur, dan konstruksi, diperkirakan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam hal kontribusi PDB dari pekerja berketerampilan digital, seiring dengan bertambah tingginya adopsi teknologi dalam sektor ini untuk meningkatkan produktivitas.
Editor: Ranto Rajagukguk