Keberadaan ekonomi berbagi yang salah satunya tertuang dalam konsep ride hailing atau ojek online membuat pelaku bisnis tradisional mesti melakukan pendekatan baru. Ketimbang melawan kehadiran para startup teknologi yang mendisrupsi kegiatan ekonomi konvnsional itu, lebih baik menggandeng mereka untuk menjadi mitra.
Langkah ini yang diambil oleh salah satu raksasa otomotif dunia asal Jepang, Toyota, yang mengumumkan telah berinvestasi di perusahaan ride hailing Grab senilai US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 14 triliun. Ini menjadi investasi terbesar perusahaan kendaraan bermotor di perusahaan ojek daring.
Tambahan pundi dollar ini menjadikan Grab, perusahaan yang berbasis di Singapura itu mampu meningkatkan valuasinya sebesar US$ 10 miliar atau senilai hampir Rp 140 triliun.
Toyota seperti diberitakan CNN Money menyatakan, investasi ini menjadi strategi penting perusahaan dalam mengurangi kemacetan di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan perjanjian kedua belah pihak, Grab akan menyediakan satu kursi direksi untuk Toyota. Di sisi lain, Toyota akan mentransfer teknologinya yang memungkinkan Grab mampu mendeteksi waktu kendaraan sebaiknya diperbaiki.
“Saya senang kami akhirnya bisa memperkuat kolaborasi ini dengan mengedepankan teknologi kami,” kata Vice President Toyota Shigeki Tomoyama dikutip dari CNN Money.
Adanya suntikan dana baru ini tentunya akan memuluskan langkah Grab untuk memperkuat layanan barunya yaitu layanan antar serta pembayaran mobile di seluruh lokasi Grab beroperasi.
Langkah Toyota sebenarnya telah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan otomotif lain. Pada tahun 2016, General Motors berinvestasi sebesar US$ 500 juta di Lyft, pesaing Uber. Volkswagen juga dikabarkan berinvestasi US$ 300 juta di perusahaan sejenis bernama Gett.
Sementara, Honda lebih dulu membenamkan investasinya di Grab tahun lalu dengan nilai yang dirahasiakan. Perusahaan mobil asal Korea, Hyundai, pula turut serta mengucurkan investasinya di Grab pada awal tahun lalu.
Pertumbuhan eksplosif dari industri ride-hailing serta pertumbuhan masif internet memberikan tantangan serius bagi automakers. Konsultan Bain & Company dalam laporannya bulan lalu menyebut bahwa saat ini tidak cukup bagi manufaktur kendaraan untuk mendesain, memproduksi, dan menjual kendaraan.
Katanya, pabrikan mobil mesti bermitra dan berinvestasi di perusahaan rintisan ride-hailing dalam upaya mengambil pertumbuhan laba sekaligus menekan rendahnya pertumbuhan penjualan otomotif.
Editor: Sigit Kurniawan