Membangun pariwisata di sebuah daerah tidak lepas dari upaya membangun trafik lalu lintas yang baik. Lalu lintas yang semrawut dan macet bisa berimbas pada turisme di sebuah daerah. Paling tidak hal inilah yang menjadi bahan diskusi pariwisata yang bertajuk “Great Traffic, Great Tourism” di MarkPlus Center for Tourism and Hospitality, Berry Biz Hotel, Kuta, Bali, Sabtu (24/1/2015).
Diskusi kali ini menghadirkan Irjen Polisi Condro Kirono(Kepala Korlantas POLRI), Tjok Ace (Ketua PHRI Bali), Ngurah Wijaya (Ketua GIPI Bali), dan Hermawan Kartajaya selaku moderator. Seperti sebelumnya, diskusi ini menjadi wadah bertukar pikiran para pemangku kepentingan pariwisata. Tak heran, diskusi ini ramai oleh banyak kalangan, dari agen perjalanan, hotel, asosiasi pariwisata, hingga pemerintah.
Dalam diskusi tersebut, disinyalir ada tiga faktor utama yang menjadi tantangan pariwisata di Bali saat ini, yaknikemacetan, sampah,dan keamanan. Hal ini banyak dikeluhkan oleh para wisatawan dan pelaku industri pariwisata di Bali. Kemacetan, misalnya, disinyalir disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang pesat dan tak diimbangi dengan pembangunan jalan. Menurut data Ditlantas Polda Bali, pada tahun 2014,jumlah kendaraan pribadi mencapai 314.777 unit. Sedangkan sepeda motor berjumlah 2.869.277 unit.
Selain itu, transportasi massal di Bali masih dinilai kurang efektif. Yang menonjol di Bali saat ini adalah mobil pribadi dan taksi. Di saat transportasi publik kurang memadahi, masyarakat cenderung mencari kendaraan sendiri dengan cara kredit kendaraan. Akibatnya, jumlah kendaraan pribadi melonjak dan bisa menyebabkan kemecatan.
Permasalah lain yang ditengarai dalam diskusi tersebut adalah keterbatasan lahan parkir di Bali. Tak jarang, wisatawan kesulitan memarkir kendaraan. Akibatnya, banyak yang memarkir di bahu jalan dan mendorong kemacetan. Selain itu, ketersediaan informasi seperti marka jalan dan tanda lalu lintas masih dinilai kurang memadai.“Saya menyarankan kepada Pak Walikota untuk membuat drop zone dan pick up zone,” ujar Ngurah Wijaya.
Sementara itu, Condro Kirono menawarkan sebuah solusi yag sifatnya informatif. Menurutnya, data dan fitur tentang lalu lintas yang ditampilkan di situs web Ditlantas Polda Bali harus memberikan informasi yang berguna bagi wisatawan. Jika sudah dibenahi,sambung Condro, situs web tersebut dihubungkan dengan Korlantas POLRI, termasuk fitur CCTV untuk sistem keamanan.
Dalam diskusi itu, muncul pula ide membangun jalan layang sebagai salah satu solusi untuk mengurai kemacetan. Namun,hal ini perlu disesuaikan dengan adat Bali yang berlaku di sana. Secara umum, diskusi ini merekomendasikan agar wisata di suatu daerah terdongkrak, lalu lintas di dalamnya harus dikelola dengan baik. Bila ini terjadi, great tourism berkat great traffic bakal jadi kenyataan.
<strong>Penulis: Nalendra | Marketeers Bali