Di tengah persaingan electronic money yang ada, T-CASH mengubah konsep bisnisnya. Seperti kita tahu, telah banyak nama besar yang bermain di dunia e-money ini, mulai dari Bank Central Asia dengan Flash, Bank Mandiri dengan E-Money, Go-Jek dengan Go Pay, Bukalapak dengan BukaDompet, dan lainnya. Bahkan, berbagai pemain lain tak ingin ketinggalan, seperti Bank BTPN, Bank BNI, Shopee, dan masih banyak lagi.
Meski pemainnya banyak, T-CASH percaya diri bisa memenangkan persaingan. Pasalnya, T-CASH hadir dengan konsep server based di mana dana nasabah berada di cloud. “Sedangkan pemain bank sifatnya card based. Ketika kartu hilang, maka dana akan hilang. Beda dengan yang sifatnya cloud based,” kata Danu Wicaksana, Chief Executive Officer T-CASH.
T-CASH juga hadir dalam berbagai bentuk wajah. Yaitu Unstructured Supplementary Service Data (USSD), layanan kombinasi berupa angka, *, #; aplikasi mobile, web check out, serta tap & snap, berbentuk near field communication (NFC) yang biasanya ditempel di belakang smartphone. Danu yakin bahwa prospek e-money di Indonesia juga masih sangat besar. Hingga saat ini, masih ada 60% nasabah yang unbanked atau belum terjamah oleh dunia perbankan.
Namun, meski disokong oleh grup besar, yaitu Telkomsel, kemajuan T-CASH di Indonesia terbilang lambat. Padahal T-CASH bersandar pada sang induk, operator terbesar di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 190 juta. Makanya, T-CASH pun melakukan cleaning terhadap pelanggannya. “Dulu, pelanggan kami mencapai 12 juta. Kami melakukan cleaning dan banyak pelanggan kami yang ternyata tidak aktif hingga jumlahnya mencapai 5 juta saja,” kata Danu. Setelah melakukan cleaning, T-CASH kembali melakukan promo dan menggenjot jumlah pelanggannya. Saat ini tercatat, ada 10 juta pengguna T-CASH dengan transaksi mencapai 60 juta per tahun.
Sadar disokong oleh Telkomsel, T-CASH pun menjadikan konsep bisnis airtime sebagai yang utama. Di sini, T-CASH memberikan kemudahan bagi pengguna Telkomsel ketika ingin membeli pulsa. “Untuk masyarakat daerah, mereka harus menempuh jarak tertentu ketika ingin membeli pulsa. Dengan T-CASH, maka kami membantu mereka,” katanya.
Selain bisnis airtime, T-CASH juga menghadirkan layanan berupa offline dan online payment. T-CASH mengklaim sudah ada 40.000 merchant yang menjalin kerja sama dengan mereka.
Ekspansi Lain
Yang jelas, T-CASH telah mempersiapkan berbagai rencana lain. Misalnya membuka akses layanan mereka kepada operator lain. Jika tidak ada aral melintang, layanan ini akan terbuka bagi operator telekomunikasi lain pada kuartal pertama 2018.
Bahkan, T-CASH juga tengah membuat pilot project bersama Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN). Di sini, T-CASH menjadi channel dari BTPN WOW, untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat luas. Memang, jumlah pagu kredit yang disalurkan masih sebatas Rp 500.000 per nasabah. Maklum, T-CASH dan BTPN memang menyasar nasabah mikro melalui layanan ini. Saat ini, proyek tersebut masih menunggu izin dari regulator.
Danu mengatakan, T-CASH akan memanfaatkan data dan behavior konsumennya sebelum memproses kredit itu. Di sini, ada berbagai pertimbangan apakah seorang nasabah layak diberikan kredit atau tidak. Misalnya dilihat dari Average Revenue per User (ARPU), kapan jam menelepon, penggunaan data, dan lainnya.
Lantas berapa rasio kredit macet dari layanan ini? “NPL masih di bawah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tapi ini masih pilot project dan masih butuh penyempurnaan,” kata Danu.