Ajang Jakarta Health Week 2015 telah usai pada Minggu (24/5/2015). Namun, dari ajang yang diadakan oleh perusahaan suplemen sehat BRAND'S Saripati Ayam dari Cerebos, banyak temuan menarik terkait pola hidup sehat profesional di kawasan Jabodetabek dalam ukuran Jakarta Proffesional Health Index.
Dari penemuan hasil riset Cerebos tersebut, 96% profesional di Jakarta meyakini kesehatan sangat berpengaruh terhadap performa pekerjaan. Namun, sayangnya hanya 50% yang menerapkannya. Survei tersebut dilakukan secara online kepada sekitar 1.000 responden Jabodetabek dengan usia 25-45 tahun baik laki-laki dan perempuan, kelas ekonomi A-B, karyawan level staf sebanyak 378 responden. Sementara, responden dengan level manager ke atas berjumlah 622 orang.
Terkait pola hidup sehat, Cerebos menghitungnya dari salah satu parameter, yaitu sarapan. Ditemukan fakta bahwa sembilan dari sepuluh karyawan di wilayah ini terbiasa sarapan, yang mana hanya setengah benar-benar sarapan. Perempuan ternyata lebih banyak memilih tidak sarapan dibanding profesional pria yang mana roti menjadi jenis makanan paling sering dikonsumsi saat sarapan.
Pemicu stres juga jadi parameter kesehatan para profesional. Ada tiga pemicu utama stres tersebut, yakni deadline di kantor, pekerjaan sangat banyak, serta atasan yang emosional alias tidak kooperatif. Selain itu, lamanya waktu di perjalanan juga menjadi pemicu stres. Enam sampai sepuluh karwayan di Jakarta menghabiskan dua sampai empat jam di perjalanan mulai dari ke kantor, urusan kantor, dan kembali ke rumah, terutama bagi mereka yang tinggal di Bodetabek. Intinya, kemacetan dianggap sebagai salah satu pemicu stres.
Akibat dari hal tersebut, selain stres, para pekerja ini mengalami gangguan tidur di mana enam dari sepuluh karyawan di Jakarta tidur hanya lima sampai enam jam sehari. Cukup memang, namun waktu tersebut sebenarnya tidak direkomendasikan. Lima dari sepuluh karyawan juga mengantuk saat jam kerja dalam seminggu terakhir disertai dengan badan mudah pegal dan lelah.
Nah, dari kebiasaan hidup tersebut, delapan dari 10 karyawan di Jakarta melakukan aktivitas olahraga untuk mengimbanginya. Sayangnya, lagi-lagi perempuan jarang olahraga dibanding laki-laki. Yang cukup mengkhawatirkan, setengah responden tidak bisa membedakan suplemen dan vitamin. Bagaimana dengan Anda?