7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Tak hanya itu, Hari Wayang Sedunia juga dirayakan di hari yang sama. Peringatan ini mungkin belum terlalu akrab di benak masyarakat. Kira-kira, bagaimana sejarah perayaan Hari Wayang Nasional?
Sejarah Hari Wayang Nasional
Perayaan Hari Wayang bermula dari UNESCO telah menetapkan Wayang sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 7 November 2003. Kemudian, melalui Keppres No 30 tahun 2018 pemerintah menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional.
BACA JUGA Google Hadirkan Pameran Wayang Secara Online
Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menggerakkan pelestarian dan pengembangan wayang beserta ekosistemnya ditengah kemajuan zaman.
Wayang dengan cerita dan pesan moral, bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga menjadi tuntunan yang penuh nilai-nilai luhur untuk kehidupan manusia.
Jenis-jenis wayang
Wayang sendiri bisa dibuat dari berbagai macam bahan seperti kulit binatang, kertas, bambu, kayu, dan lain sebagainya. Setidaknya ada lima jenis wayang yang masih berkembang hingga saat ini.
Ketua Program Studi Kriya Kulit, Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta Junende Rahmawati memberikan penjelasannya mengenai lima jenis wayang yang berkembang di Indonesia, dilansir dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
1. Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan salah satu jenis wayang yang banyak dijumpai di Jawa dan Bali. Wayang kulit dibuat dari bahan dasar kulit kambing, sapi, dan kerbau. Kulit-kulit tersebut diproses hingga menjadi lembaran yang siap dibentuk menjadi wayang dengan karakter yang telah ditentukan. Biasanya satu wayang kulit memiliki ukuran 50×30 cm.
2. Wayang Golek
Wayang golek merupakan salah satu jenis wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu yang diukir menyerupai manusia atau karakter tokoh. Jenis wayang ini cukup populer di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat.
Dalam pembuatan wayang golek, para pengrajin biasanya menggunakan kayu albasiah. Setiap wayang golek memiliki karakter yang berbeda. Salah satu cara untuk membedakan karakter wayang golek ialah dengan melihat warnanya.
BACA JUGA HK: Tren Sustainability Berpeluang Besar Timbulkan Pergeseran Budaya
“Warna biru dan hitam memiliki simbol kedewasaan, ketentraman, dan rohani. Merah berarti keangkaramurkaan, ketidak sabaran. Warna emas melambangkan kaum bangsawan dan warna putih melambangkan kemurnian serta tata krama,” ucap Junende.
3. Wayang Beber
Wayang beber adalah jenis wayang tertua di Indonesia yang terbuat dari kulit. Penamaan beber berasal dari cara memainkannya yakni dengan membentangkan layar atau kertas berupa gambar.
Wayang ini akan menceritakan lakon yang tertera pada gambar. Saat ini, wayang beber tertua terletak di daerah Pacitan, Jawa Timur dan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Wayang Suket
Berbeda dengan jenis wayang sebelumnya, sesuai dengan namanya wayang suket ialah jenis wayang yang terbuat dari rumput. Rumput-rumput dirangkai hingga menyerupai tokoh pewayangan. Jenis rumput yang dapat digunakan ialah jenis rumput kasuran.
BACA JUGA UNESCO Beri Sertifikat Inskripsi Warisan Budaya Dunia kepada Indonesia
Proses pembuatan wayang ini ada 4 teknik, yakni anyaman sarang lebah, anyaman gedheg untuk bagian tangan, anyaman kalabangan untuk bagian kepala, dan anyaman tikaran untuk kail bagian belakang kepala.
5. Wayang Gedog
Wayang gedog ialah salah satu jenis wayang madya. Wayang gedog mempresentasikan cerita yang bersumber dari Serat Panji, dengan inti lakon mengenai pertemuan tokoh utama Panji Inukertapati dengan istrinya, Dewi Sekartaji.
Ciri khas wayang gedog terletak pada bentuk boneka wayang dengan tekes, keris, dan rapèkan, ataupun gending dan sulukan khusus bernada laras pelog.