Hasilkan Devisa US$ 5,36 Miliar, Industri TPT Butuh 135 Ribu Pekerja

marketeers article
Pekerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Sumber gambar: 123rf

Kementerian perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang periode Januari hingga April 2022 industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 5,36 miliar atau setara Rp 79,7 triliun (kurs Rp 14.882 per US$). Hal ini membuat industri tersebut menjadi salah satu sektor manufaktur yang mendapatkan prioritas pengembangan padat karya berorientasi ekspor.

Arus Gunawan, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin mengatakan, di tengah moncernya kinerja bisnis industri TPT saat ini dihadapkan dengan permasalahan terbatasnya pekerja. Setiap tahun, industri ini setidaknya mengalami kekurangan karyawan sebanyak 135 ribu.

“Kinerja industri ini akan berjalan dengan baik apabila ditopang dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan kompeten. Pada masa pandemi COVID-19, industri TPT mampu menyerap tenaga kerja hingga 3,65 juta orang atau 19,5% dari total tenaga kerja industri manufaktur,” kata Arus melalui keterangannya, Senin (29/8/2022).

Menurutnya, untuk menjembatani kebutuhan tersebut, BPSDMI Kemenperin terus menjalankan berbagai program, di antaranya melalui pembangunan unit pendidikan vokasi industri Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta pada tahun 2015. Selain itu, BPSDMI Kemenperin semakin meningkatkan kualitas Politeknik STTT Bandung yang sudah berdiri selama 100 tahun.

“Bahkan, kami aktif menyelenggarakan Diklat sistem 3 in 1 atau berupa pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja untuk memenuhi tenaga kerja industri TPT tingkat operator,” ujarnya.

Agar lulusan dari unit pendidikan vokasi industri Kemenperin dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan industri, BPSDMI terus menggandeng stakeholder industri dalam berbagai forum dan diskusi, yang melibatkan pelaku usaha, industri dan asosiasi mulai dari perencanaan program studi, penyusunan kurikulum, kegiatan pengajaran, kegiatan praktek kerja industri, hingga penyerapan lulusan.

“Untuk itu, kegiatan seperti Temu Industri Akom Tekstil Solo juga menjadi contoh baik yang harus terus dilakukan, karena dapat menyerap aspirasi kebutuhan industri tekstil yang selanjutnya dituangkan dalam rencana pembelajaran,” tutur Arus.

Guna mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja dari lulusan unit pendidikan vokasi industri, Kemenperin melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) BPSDMI menghadirkan Career Development Center (CDC) Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian. CDC dibangun dengan konsep yang dibuat oleh Skills for Competitiveness (S4C), yang merupakan proyek bilateral antara Swiss dan Indonesia, serta diintegrasikan dengan konsep yang telah disusun oleh tim developer unit pendidikan BPSDMI.

CDC akan menjadi integrated platform sekaligus ikon BPSDMI Kemenperin yang juga menjadi role model bagi instansi lainnya. Ada beragam fitur yang dirancang di sistem CDC untuk membantu peserta didik dalam perjalanan karier mereka, seperti fitur Lowongan Kerja, Klinik Vokasi Industri, Tes Minat dan Bakat, Lowongan Prakerin, Kewirausahaan, Beasiswa, dan lain-lain.

Selain bermanfaat bagi peserta didik, CDC dapat memberikan angin segar bagi industri karena dengan kehadiran program tersebut, perusahaan bisa mendapatkan tenaga kerja yang lebih tepat sasaran sesuai kebutuhan. Selain itu, CDC bisa menjadi wadah atau sarana masukan terkait SDM industri. 

Sosialisasi juga dilakukan agar unit pendidikan vokasi industri Kemenperin dapat segera menerapkan CDC di satuan kerjanya. Saat ini, sebanyak 63,6% unit pendidikan tinggi Kemenperin telah menerapkan CDC.

“Pemaparan CDC di Temu Industri Akom Tekstil Surakarta beberapa waktu lalu, diharapkan dapat semakin memperkenalkan program tersebut kepada industri, sehingga partisipasi industri dalam program CDC semakin meningkat,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related