Hati-hati Merancang Strategi Brand Naming, Belajar dari Kasus Mie Gacoan

marketeers article
Ilustrasi brand naming strategy (Sumber: 123RF)

Lini masa media sosial tengah diramaikan oleh berita soal salah satu merek kedai makanan Mie Gacoan yang tidak bisa mendaftarkan diri untuk sertifikasi halal. Mengutip dari detikFood pemilihan nama brand dan menu menjadi sorotan yang membuat proses sertifikasi halal Mie Gacoan belum bisa terwujud. 

Pemilihan nama pada brand erat hubungannya dengan strategi brand naming. Dalam menentukan nama brand, Mie Gacoan memilih untuk menggunakan pendekatan Lexical Brand Name yang memainkan permainan kata agar menarik perhatian dan diingat oleh konsumen mereka. Penggunaan frasa, kata plesetan, aliterasi, atau kata asing adalah gaya yang sering digunakan dalam strategi ini. 

Strategi ini jamak digunakan oleh brand-brand besar, seperti Dunkin’ Donuts, Krispy Kreme, Pecel Lele Lela, Kopi Kenangan, juga Mie Gacoan. Sayangnya, dalam kasus Mie Gacoan, merek lokal ini mengandung makna yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gacoan berarti taruhan. 

Kondisi ini pun membuat Mie Gacoan tidak memenuhi salah satu kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) yang ditetapkan oleh LPPOM MUI. Dalam kriteria ini disebutkan bahwa nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada hal yang menimbulkan kebatilan. 

Tak hanya nama dari Mie Gacoan, perusahaan juga menamai menu mereka dengan nama-nama, seperti mie iblis, es genderuwo, hingga es tuyul. Di dalam siaran persnya, perusahaan memberikan penjelasan bahwa “gacoan” yang dimaksud adalah “jagoan.” Perusahaan juga mengutarakan permintaan maaf atas kegelisahan yang ditimbulkan dengan proses sertifikasi halal yang masih dijalani. 

Strategi Brand Naming

Agar terhindar dari kasus serupa yang akan menyulitkan Anda sebagai pemilik brand di kemudian hari, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan strategi brand naming. 

Pertama, tentukan objektif yang jelas dari nama brand Anda. Apakah sekadar menjadi nama sebagai simbol atau mewakili karakter Anda, atau brand Anda akan mewakili layanan atau value yang ingin diberikan. Misalnya brand MS Glow yang mengandung objektif bahwa merek ini membawa value akan membuat kulit penggunanya tampak glowing. 

Kedua, tentukan identitas utama perusahaan Anda. Tahap ini mengajak Anda untuk lebih mengerucut dari sekadar objektif. Anda bisa mulai merancang nama brand Anda yang sejalan dengan visi, misi, dan values dari perusahaan Anda. Selain sebagai identitas, brand di era sekarang mencerminkan karakter. Untuk itu, perlu bagi Anda untuk memilih nama yang mencerminkan karakter yang baik.

Ketiga, bangun dengan persona pengguna. Hal ini akan menentukan seperti apa brand Anda akan dipersepsikan oleh konsumen. Apakah relevan dengan mereka atau tidak. Sebab itu, penting bagi Anda telah melakukan strategi segmentasi, targeting, dan positioning lebih dulu sebelum menentukan nama brand. 

Contoh yang cukup menarik datang dari brand perawatan tubuh pria milik pesulap Deddy Corbuzier. Pemilik saluran YouTube Close The Door ini membidik para pria dengan karakter alpha melalui brand Alpha Rules. 

Keempat, pikirkan masa depan merek Anda. Hal ini jangan dilewatkan. Penting juga bagi Anda untuk mengetahui makna dari brand Anda dari berbagai perspektif, apakah bisa diterima oleh hukum, sosial, dan memiliki nilai ekonomi. Anda juga perlu memikirkan apakah nama brand yang dipilih dapat bertahan dengan perubahan bisnis yang akan terjadi di masa depan. Pertimbangkan kesesuaian nama yang dipilih dengan kemungkinan-kemungkinan perkembangan bisnis seperti kehadiran produk baru, sub-brand, lini bisnis baru, atau merger.

Dengan menjalankan langkah-langkah berikut, Anda bisa membuat brand yang strategis dan bisa dikembangkan. Anda juga bisa menghindari berbagai kemungkinan risiko yang akan menimpa perusahaan. Jangan lupa, setelah menemukan nama brand yang sesuai, wajib bagi Anda untuk mendaftarkan sebagai hak kekayaan intelektual.

Related