Heboh Buku Kisah Cinta Issa Sangkara, Benarkah Sebabkan Krisis ISBN?
Media sosial dihebohkan dengan sepasang kekasih influencer yang hendak menerbitkan buku tentang kisah cinta mereka. Namun, hal ini menuai protes dari warganet di platform X lantaran dianggap akan ‘memperburuk’ krisis ISBN di Indonesia.
Perdebatan ini bermula ketika Issa mengumumkan akan menerbitkan buku serta merchandise bersama sang kekasih, Sangkara. Segelintir warganet agaknya menganggap hal ini berlebihan, sehingga mereka pun mendapat komentar miring.
Melihatnya banyaknya hujatan yang diterima sang kekasih, Sangkara pun pasang badan. Ia membela Issa dengan membuat thread, yang mana salah satunya mengindikasikan bahwa ada warganet yang menyebut buku kisah cinta mereka tidak pantas mendapat ISBN.
“Then out of NOWHERE tiba2 ada yg ngeluarin narasi “ngabisin ISBN” “krisis ISBN” seakan2 novelnya ga berkualitas… PADAHAL BUKUNYA AJA BELUM KELUAR. gaada narasi lain kah untuk menjatuhkan kami?” tulisnya.
Alih-alih meredam situasi, cuitan tersebut justru membuat warganet makin meradang. Banyak yang menyebut krisis ISBN memang benar adanya.
Mereka menilai dengan diterbitkannya buku kisah cinta ber-ISBN, itu akan menghambat terbitnya karya-karya lain yang lebih berkualitas.
“Krisis ISBN bukan hanya narasi, tapi memang sedang terjadi. Banyak buku-buku berkualitas yang terhambat atau bahkan gagal terbit karena perkara ini,” demikian tanggapan seorang warganet.
Lantas, sebenarnya apa itu krisis ISBN dan apa penyebabnya?
BACA JUGA: 3 Rekomendasi Buku Tere Liye: Cerita Menarik Dipadu Gaya Bahasa Unik
Apa Itu ISBN dan Kenapa Bisa Krisis?
Untuk diketahui, ISBN sendiri merupakan deretan angka 13 digit sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk, seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit.
ISBN bukan dibubuhkan untuk gengsi penulisnya atau menandakan buku tersebut berkualitas. Setiap nomor memberikan identifikasi unik untuk setiap terbitan buku, sehingga memungkinkan pemasaran produk yang lebih efisien.
Lembaga penerbitan Universitas Sebelas Maret, UNS Press, menyebut krisis ISBN di Indonesia benar-benar terjadi. Ini diduga sebagai imbas dari penerbitan masif selama pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021 lalu.
Krisis ISBN di Indonesia bermula ketika Badan Internasional ISBN di London memberi teguran pada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) karena ketidakwajaran produksi buku di republik ini. Pada 2020 dan 2021, misalnya, total sebanyak 208.191 judul buku diberikan nomor ISBN.
BACA JUGA: Tere Liye Diduga Pakai Jasa Ghost Writer untuk Menulis Buku, Apa Itu?
Kondisi inilah yang disebut sebagai krisis ISBN, yakni ketika nomor ISBN suatu negara yang jumlahnya terbatas berkurang secara drastis. Ini bisa berkurang secara drastis karena tingginya angka penerbitan buku ber-ISBN dalam waktu singkat.
Masalah ini disinyalir terjadi karena adanya kelatahan pemberian ISBN kepada naskah-naskah publikasi yang tidak tepat guna. Alhasil, arus pemberian ISBN beredar di luar kontrol dan jauh melampaui kuota seharusnya.
Mirisnya lagi, lonjakan produksi buku ber-ISBN justru tidak sejalan dengan meningkatnya minat baca masyarakat, indeks literasi di Indonesia, bahkan tidak bertumbuhnya pendapatan para pelaku penerbitan buku di Indonesia.
Editor: Ranto Rajagukguk