Film Dilan 1983: Wo Ai Ni tengah menjadi perbincangan di platform X akhir-akhir ini. Bukan tanpa alasan, itu karena Pidi Baiq dan Fajar Bustomi kembali memproduksi kisah Dilan meski belum lama ini baru merilis Ancika: Dia yang Bersamaku 1995.
Salah satu akun yang membahas prekuel trilogi Dilan itu adalah @moviemenfes. Berdasarkan pantauan di kolom balasan, banyak warganet yang tak menyangka kalau kehidupan Dilan bakal dikisahkan di setiap jenjang pendidikan.
“Dilan ceritanya sampe ke sd kah. Sd ngapain, cinta cintaan juga? Setiap jenjang ada sd, sma, kuliah. Entar ada versi apalagiyaaa,” cuit seorang warganet. Akun lainnya berkomentar serupa, “Ni dia setiap jenjang pendidikan kerjanya nyari cewe doang kah??”
BACA JUGA: 5 Fakta Doctor Slump, Drama Reuni Park Hyung Sik dan Park Shin Hye
Dilan 1983: Wo Ai Ni sendiri memang mengisahkan kehidupan Dilan saat duduk di bangku sekolah dasar. Namun, alur ceritanya dikabarkan tidak berfokus pada percintaan sebagaimana film-film Dilan sebelumnya.
Lantas, bakal seperti apa kisah yang diangkat dalam film Dilan 1983: Wo Ai Ni? Berikut sinopsisnya:
Sinopsis Dilan 1983: Wo Ai Ni
Dilan 1983: Wo Ai Ni menceritakan tentang Dilan di usia 12 tahun yang sempat ikut ayahnya bertugas dinas di Timor Timur (kini negara Timor Leste). Setelah satu setengah tahun tinggal di negeri orang, Dilan akhirnya kembali ke Bandung.
Ia juga kembali bersekolah di sekolah lamanya. Pada momen itu pula, Dilan bertemu dengan Mei Lien, anak baru asal Semarang yang merupakan keturunan Tionghoa.
Dilan pun menyukai Mei Lien. Namun, ia sadar bahwa keduanya tidak boleh berpacaran.
BACA JUGA: Segera Tayang di Netflix, Ini Sinopsis Film Tiger Stripes
Pidi Baiq sendiri, selaku penulis novel Dilan 1983 yang akan digarap beriringan dengan filmnya, menegaskan bahwa kisah kali ini bukan tentang pacaran. Melainkan, kisah cinta monyet biasa di tengah peristiwa penembakan misterius alias Petrus.
Karena rasa sukanya terhadap Mei Lien, Dilan sampai membeli kamus bahasa Mandarin untuk mempelajari bahasa tersebut. Hal ini lantas membuat keluarganya terheran-heran, sebut saja sang bunda yang berkata, “Kemarin kau bahasa Tetun, sekarang Mandarin!”
Editor: Ranto Rajagukguk