Hermawan Kartajaya Bagikan Resep Kelola Bisnis Di Era Ketidakpastian
Bapak Pemasaran Indonesia Hermawan Kartajaya membagikan resep yang diperlukan untuk pengelolaan bisnis terutama di era yang penuh dengan ketidakpastian. Di era sekarang ini, bisnis memerlukan panduan bagaimana harus mengembangkan bisnis dan menyikapi perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Begawan pemasaran berusia 76 tahun tersebut membredel konsep-konsep apa saja yang perlu dimiliki dalam pengelolaan bisnis. Konsep-konsep tersebut ia analogikan menggunakan tokoh dalam kisah Punakawan dan Pandawa Lima.
Representasi Creativity, Innovation, Entrepreneurship, Leadership (CI-EL) terdapat dalam Punokawan. Punokawan terdiri dari empat karakter yakni Bagong, Gareng, Semar, dan Petruk. Masing-masing tokoh mencirikan konsep yang dibawakan.
Creativity merupakan representasi dari tokoh Bagong, dikenal sebagai pribadi yang memiliki kreativitas tinggi dan mampu memberikan ide-ide baru. Lalu, Innovation merupakan representasi dari tokoh Petruk. Tokoh ini dikenal sebagai pribadi yang cepat tanggap dan memiliki kemampuan untuk berani berinovasi di berbagai situasi.
Entrepreneurship merupakan representasi dari tokoh Gareng yang dikenal sebagai pribadi yang dapat membuka kesempatan untuk masuk dalam dunia kewirausahaan. Leadership merupakan representasi dari tokoh Semar, pribadi yang memiliki kebijaksanaan untuk memberikan nasihat sebagaimana sosok pemimpin bertindak dalam suatu kelompok.
“Di dalam dunia yang tidak pasti ini Anda perlu menjadi Punokawan. Kreatif, tidak hanya produktif. Inovatif, tidak hanya mampu berkembang. Memiliki kewirausahaan, tak hanya profesional. Dan bisa memimpin, tidak hanya bisa mengatur,” ujar Hermawan dalam acara Book Discussion “EM & M6.0 : Indonesia to The World by Us” yang diselenggarakan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York, Sabtu (6/1/2024) Waktu Indonesia Barat.
BACA JUGA: Lima Bekal Hermawan Kartajaya Bagi Pemasar Agar Siap Hadapi Tahun 2024
Karakter Punokawan menggambarkan karakter manusia. Kebutuhan manusia akan teknologi menciptakan konsep Productivity, Improvement, Professionalism, Management (PI-PM).
Konsep PI-PM dianalogikan Hermawan dengan karakter Pandawa Lima. Karakter Pandawa Lima mewakili mesin yang membantu manusia. Productivity merupakan representasi dari tokoh Nakula dan Sadewa yang dikenal sebagai dua pribadi dengan wawasan pengetahuan yang tinggi.
Improvement merupakan representasi dari tokoh Arjuna yang dikenal sebagai pribadi yang konsisten dalam mengembangkan keterampilannya. Professionalism merupakan representasi dari tokoh Bhima yang dikenal sebagai pribadi dengan tekad besar untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sekaligus memimpin kelompoknya saat bertarung.
Management merupakan representasi dari tokoh Yudhistira yang jujur, adil, dan memiliki toleransi tinggi. Hal ini menjadikan pribadi Yudhistira sebagai pribadi yang selalu fokus ke depan dalam memberikan arahan dengan konsep manajemen agar tepat sasaran.
Founder dan Chairman MCorp ini juga menyadari bisnis di era kini tak bisa lepas dari peran teknologi. Namun peran teknologi tak serta merta mampu menggantikan manusia sepenuhnya, mau bagaimanapun canggihnya.
“Dalam buku Entrepreneurial Marketing, saya berpendapat bahwa mesin tidak akan lengkap tanpa manusia. Mesin bisa kreatif, tapi manusia yang membuat mesin itu menjadi kreatif,” ungkapnya.
BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Tahun Politik, Perusahaan Butuh Skenario Kuat
Hermawan juga mengingatkan bahwa kini era pemasaran tak lagi berada di era 5.0, namun telah bergeser ke era 6.0. Era marketing 6.0 kini tidak hanya menuntut pelaku bisnis untuk masuk ke omnichannel marketing, namun menuntut pelaku untuk menciptakan pengalaman yang imersif.
Membeberkan sedikit isi buku Marketing 6.0, Hermawan menjelaskan bahwa imersif yang dituntut adalah membawa pengalaman online ke dalam pengalaman offline, dan begitu pula sebaliknya. Salah satu contoh pengalaman imersif yang dipaparkannya adalah The Sphere, bangunan berbentuk setengah bola yang ada di Las Vegas.
“Pengalaman online dan offline menjadi satu. Imersif lebih dari sekadar engagement,” katanya.
Konsep CI-EL dan PI-PM tertuang dalam buku Entrepreneurial Marketing: Beyond Professionalism to Creativity, Leadership, and Sustainability yang ditulis Hermawan Kartajaya bersama Philip Kotler, Hooi Den Huan, dan Jacky Mussry. Sementara konsep imersif yang dipaparkan Hermawan beserta elemen-elemen penyusunnya tertuang dalam buku Marketing 6.0: The Future is Immersive yang ditulisnya bersama Philip Kotler dan Iwan Setiawan.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz