Tahun 2023 diproyeksikan oleh banyak pihak sebagai tahun yang tidak kalah sulit dengan tahun sebelumnya. Selain perekonomian global yang masih fluktuatif, tahun 2023 akan menjadi tahun politik pra pemilu yang membawa banyak kegaduhan.
Di tengah kecemasan tersebut, Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman M Corp mengajak para pemasar optimistis menjalani tahun baru dengan sejumlah strategi. Hal ini ia sampaikan dalam The 17th Annual MarkPlus Conference 2023 bertema Recovery to Reform, from Jakarta to the World, di Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Kamis (8/12/2022).
“Tahun 2021 dan 2022 merupakan tahun pemulihan. Mulai tahun depan, kita memasuki periode reformasi hingga tahun 2025. Baik dunia maupun Indonesia memasuki tahun-tahun politik. Secara global, ini ditandai dengan munculnya benturan peradaban baru dan secara khusus Indonesia memasuki tahun politik 2024,” kata Hermawan.
Pada periode tahun 2026-2030, dunia akan memasuki fase kebangkitan budaya yang ditandai dengan tatanan dunia baru. Puncaknya pada tahun 2030, Sustainability Development Goals (SDGs), dominasi Gen Z, dan metaverse akan dominan.
Terkait fenomena benturan peradaban baru, Hermawan mengatakan tiga peradaban dominan, yakni Barat yang diwakili Amerika Serikat, Islam, dan China. Asal tahu saja, terminologi benturan peradaban ini pertama kali dipopulerkan oleh Samuel Huntington, seorang ilmuwan politik Amerika Serikat, dalam bukunya berjudul The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1996).
“Pada tahun 1996, Huntington menyebut tiga peradaban besar, yakni Barat, Islam, dan China. Tragedi 11 September menjadi puncak dari benturan peradaban baru tersebut,” katanya.
Seiring dengan perkembangan zaman, peradaban pun mengalami pergeseran. Fenomena Piala Dunia 2022 menjadi contoh bagaimana Islam yang diwakili Qatar sudah semakin harmonis dengan Barat.
“Islam akan semakin peaceful di mana Saudi Arabia akan memimpin, Indonesia tetap moderat, dan Iran mulai mempertimbangkan kebijakan baru. Sementara, benturan peradaban baru akan terjadi antara Barat, dalam hal ini Amerika Serikat yang disimbolkan dengan elang dengan China yang dipimpin oleh Xi Jinpin dan saya simbolkan dengan naga. Di sini, saatnya ASEAN dan Asia memainkan peran harmonisasi dan integrasi,” katanya.
Modal Besar Indonesia
Terkait Indonesia, sambung Hermawan, tak perlu khawatir secara berlebihan. Secara sumber daya alam, misalnya, Indonesia merupakan negara kaya. Banyak sumber daya alamnya yang masih sepuluh besar dunia, seperti nikel nomor satu, timah nomor dua, emas nomor lima, dan sebagainya. Namun, komoditas tersebut tidak boleh hanya berhenti sebagai komoditas. Mereka harus diolah sedemikian rupa, diberi merek, dan memiliki diferensiasi. Oleh karena itu, sumber daya alam tersebut harus diberi sentuhan marketing.
“Prinsipnya, para pemasar harus tahu tiga dasar marketing, yakni customer management, product management, dan brand management. Ketiganya merupakan satu kesatuan bila bisnis ingin sukses,” tegas Hermawan.
Hermawan juga mengingatkan para pemasar untuk memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya. Khususnya dalam memasuki era budaya baru di mana kemanusiaan lebih dikedepankan. “Budaya baru ini ditandai dengan pemanfaatan teknologi untuk kebaikan. Ingat teknologi bisa dibeli, tapi kemanusiaan tidak sama sekali,” katanya.
Sementara, secara politik dunia, Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan. Pada tahun 2022, Indonesia dipercaya menjadi Ketua Presidensi G20. Indonesia juga terpilih sebagai Ketua ASEAN 2023. Selain itu, sejarah suksesi kepemimpinan setelah Reformasi juga terbilang lancar dan aman. “Jadi sebenarnya kita harus bangga dengan Indonesia dan tetap optimistis menjalani tahun depan. Jangan takut dengan tahun 2023,” pungkas Hermawan.