Aspek marketing dan finance menjadi aspek terpenting bagi bisnis apa pun. Hal ini dikatakan Hermawan Kartajaya, Founder sekaligus Chairman MarkPlus, Inc., dalam gelaran Hermawan Kartajaya Live, Big Momentum: Prepare Now, Actualize Next!. Ia meyakini, dua aspek ini selalu berada di garda terdepan, baik di tengah masa COVID-19 mau pun tidak.
“Finance dan marketing akan menghasilkan value with values. We have to create value dengan berjualan, dan marketing untuk memenangkan persaingan guna mendapatkan value (uang). Tetapi pertanyaan selanjutnya bagaimana mendapatkan uang itu dengan values (nilai-nilai)? Aspek Finance, Marketing, Operations, Technology, and People will never be the same again,” kata Hermawan Kartajaya di Jakarta, Kamis (02/07/2020).
Menilik konsep Surviving/Servicing, Preparing, Actualizing (SPA) sepanjang Q1-Q3, Hermawan menilik perhatian pada aspek finance.
Profit and loss tetap menjadi bottom line, sementara cashflow adalah top line. Di kondisi saat ini, cashflow menjadi hal yang penting. Jika perusahan tidak memiliki cashflow yang baik, maka perusahaan akan mati.
“Dari aspek cashflow pindah ke balance sheet, pindah ke profit and loss. Walau startup semula tidak peduli profit and loss di awal selama cashflow bisa ditutup oleh investor, pada akhirnya investor juga tidak mau bergabung ke startup yang tidak jelas kapan dapat memperoleh profit,” ujar Hermawan.
Sementara, aspek marketing (customer, product, brand) tak kalah penting. Hermawan menjelaskan, marketer harus terus memperhatikan kemana arah customer, mengakomodir kebutuhan tersebut, dan menjaga brand tersebut.
Langkah yang salah kerap dilakukan para marketer dengan mengabaikan branding di saat-saat seperti ini. Ibarat sebuah ajang balap MotoGP, brand baru dapat menyalip posisi market leader di tikungan.
Brand tidak boleh mengabaikan branding, jika tidak brand tersebut akan ditinggalkan. Namun, marketer harus mencari cara yang efisien dan produktif dalam melakukan branding.
“Market leader yang sudah besar namun sombong dan tidak melakukan apa pun (servicing and preparing) akan habis. Operation, cost, delivery, quality harus diperhatikan. Cost harus sejalan dengan operation, demikian pula delivery. Banyak perusahaan logistik yang baru masuk dan dengan cepat berubah menyalip brand-brand tua yang lamban dalam beradaptasi,” imbuh Hermawan.
Terakhir, di zaman post-normal nanti konsumen akan lebih memilih kualitas dibandingkan kuantitas. Kemudian, teknologi akan digunakan untuk membangun intimacy, dan humanity akan tetap menjadi aspek yang tak tergantikan.