Hindari Penipuan, Pahami Empat Langkah Proses Pencurian Identitas
Pencurian identitas menjadi tindak kriminal yang hingga kini masih banyak ditemukan. Beberapa yang banyak diidentifikasi adalah penipuan dengan menggunakan identitas palsu. Salah satu cara yang dilakukan pelaku penipuan untuk menjalankan aksinya adalah mencuri identitas.
Selama pandemi COVID-19 berlangung, banyak pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan momentum ini untuk melakukan klaim palsu. Tindak penipuan ini diawali dengan mencuri identitas. Perusahaan analisis data, SAS, mengidentifikasikan empat langkah terjadinya pencurian identitas tersebut.
Penerobosan Data
Setiap tahunnya, ada miliaran data pribadi yang dibongkar. Berdasarkan studi dari RiskIO, baru-baru ini ditemukan ada lebih dari 16.000 catatan per menit yang disusupi sepanjang tahun 2020. Bahkan, perusahaan besar seperti Twitter, Marriott, dan Zoom harus mengalami kasus ini pada paruh pertama tahun 2020.
Penjualan Data
Data-data pribadi yang telah terbongkar nantinya akan dijual di dark web. Meski bukan fakta baru lagi, ada tempat di internet yang tidak bisa diakses sembarangan dengan materi yang berlum terindeks. Banyak orang menyebutnya deep web dan bagian yang tersembunyi dari web ini disebut dark web.
Kerahasiaan dari web ini kemudian menjadikannya tempat yang digunakan sebagai pasar pencurian identitas. Banyak pelaku kejahatan melakukan transaksi jual-beli informasi pribadi di sana. Miliaran catatan identitas yang dicuri ada di sana dengan harga yang sangat rendah.
Pencurian Identitas
Banyak orang mengira bahwa penerobosan data yang dilakukan orang-orang tidak bertanggung jawab sudah terhitung sebagai pencurian identitas. Namun, nyatanya pencurian baru bisa dikatakan terjadi ketika data-data yang dibobol tersebut digunakan untuk keuntungan finansial.
Program Pemerintah
Di sinilah muara dari tindakan pencurian identitas yaitu mendapatkan keuntungan finansial hadir. Menurut Federal Trade Comission, penipuan dalam bentuk program pemerintah menyumbang 22% dari semua pencurian identitas, diikuti penipuan perbankan.
Kasus penipuan dengan pencurian identitas ini pun bukan terjadi selama pandemi berlangsung saja. Namun, pelaku kejahatan ini telah mengumpulkannya sejak lima tahun terakhir.
Jadi, peningkatan kasus penipuan ini merupakan dampak dari pemanfaatan momentum wabah COVID-19. Banyak dari mereka yang memanfaatkan pandemi untuk mengklaim dana dengan cepat berbekal data-data yang telah dimiliki.
Editor: Eko Adiwaluyo