Nike, merek sepatu olahraga asal Amerika Serikat (AS) melaporkan hingga Februari 2023 mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 12,4 miliar atau setara dengan Rp 188 triliun (kurs Rp 15.168 per US$). Adapun raihan tersebut meningkat sebesar 14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
John Donahoe, Chief Executive Officer (CEO) Nike menjelaskan pertumbuhan penjualan dua digit terjadi lantaran mulai membaiknya penyebaran pandemi COVID-19 di seluruh negara. Kenaikan penjualan terpantau terjadi hampir di seluruh negara, terkecuali Cina.
BACA JUGA: Pasar Cina Belum Pulih, Pendapatan Kuartal Pertama Nike Suram?
“Terjadi pertumbuhan dua digit di semua pasar, kecuali China. Di negara itu, COVID-19 masih menyebabkan lockdown. Baru pada bulan Januari penjualan utama China akhirnya mulai meningkat,” kata John dilansir dari retaildetail.eu, Senin (27/3/2023).
Menurutnya, akibat adanya pembatasan karena COVID-19, biaya logistik melonjak untuk seluruh negara dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, kenaikan biaya logistik mencapai 16% dibandingkan dalam kondisi normal.
Kenaikan biaya itu pada akhirnya dibebankan ke konsumen dengan adanya peningkatan harga jual. John bilang masalah tidak hanya berhenti di situ. Namun, terjadi penurunan pasokan yang jauh lebih cepat dibandingkan perkiraan.
BACA JUGA: Kuartal II Tahun 2021, Nike Catatkan Laba Bersih Penjualan US$ 1,33 Miliar
“Meski begitu, kami sangat yakin bisa mengakhiri tahun keuangan dengan tingkat persediaan stok yang sehat,” ujarnya.
John menjelaskan secara umum laba bersih yang didapatkan perusahaan sebesar US$ 1,2 miliar atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang mencapai US$ 1,4 miliar. Kondisi ini disebabkan karena perusahaan harus memberikan diskon.
Untuk kuartal berikutnya, Nike memproyeksikan pertumbuhan akan cukup konservatif atau di bawah dua digit. Namun, perusahaan mengaku tidak khawatir dengan kondisi tersebut.
Sepanjang tahun keuangan 2023, Nike mengandalkan pertumbuhan pendapatan satu digit yang tinggi, sementara margin kotor diperkirakan turun 2,5 poin persentase.
“Kami telah berhasil melalui siklus seperti ini sebelumnya dan kami akan sangat siap menghadapi volatilitas yang ada di depan kami,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk