Menurut data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), hingga November 2021 ekspor alas kaki tumbuh sebesar 27,5%. Pulihnya ekonomi dunia dan meningkatnya permintaan menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekspor industri padat karya tersebut.
Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri menuturkan, sepanjang tahun lalu diperkirakan pertumbuhannya menyentuh level 30%. Sebab, data bulan Desember 2021 masih belum dilaporkan dan terus menunjukkan tren positif. Adapun negara tujuan ekspor alas kaki terbesar ke Eropa, Amerika Serikat (AS) dan China.
“Kinerja 2021 untuk ekspor alas kaki bagus. Belum dapat disampaikan bulan Desember, tapi setidaknya di akhir angkanya sudah naik 27,5% dibandingkan November 2020 (year on year/yoy). Sementara untuk domestik sendiri sudah ada perbaikan dibandingkan 2020,” kata Firman kepada Marketeers.com, Senin (17/1/2022).
Menurut dia, tahun 2020 merupakan periode terberat dalam bisnis persepatuan nasional. Pasalnya, pukulan pandemi COVID-19 terjadi di awal tahun yang menyebabkan pemerintah menutup hampir seluruh kegiatan masyarakat. Alhasil, penjualan sepatu yang biasanya dilakukan di pusat perbelanjaan atau mal pun tak bisa dilakukan.
Padahal, kata Firman, saat itu pabrik telah berinvestasi sangat banyak untuk memproduksi sepatu guna memenuhi kebutuhan Idul Fitri 2020 pada pasar domestik. Hal sama juga terjadi di pasar ekspor yang terkendala karantina wilayah atau lockdown. Sehingga, pukulan dari dua arah menyebabkan industri kesulitan mempertahankan bisnis dan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.
“Kami berharap tahun 2021 pertumbuhan bisa menyentuh angka 30% untuk memperbaiki keadaan industri. Secara nilai ekspor, setiap bulan bisa mencapai US$ 500 juta dan data terakhir total nilai ekspor sampai November 2021 sudah mendekati US$ 5 milar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Firman menjelaskan, mayoritas permintaan ekspor masih didominasi oleh segmen sepatu olahraga. Merek-merek besar seperti Nike dan Adidas masih menjadi penguasa market share bisnis persepatuan baik di Indonesia maupun pasar ekspor.
“Dalam kondisi normal ekspor kita didominasi oleh sport shoes. Tapi, di masa pandemi itu ketika tahun 2020 total ekspor hanya bertahan untuk sport shoes, sementara yang lainnya kehilangan pasar semua. Terlebih lagi sepatu untuk fesyen high heels dan pantofel,” pungkasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo