Bisnis Hock dimulai oleh Kusnadi di Bagansiapiapi, Riau saat umurnya masih 20 tahun. Saat itu, ia masih berprofesi sebagai tukang kaleng. Ia membuat peralatan masak, seperti panci, periuk, maupun baskom dengan plat logam.
Pada tahun 1968, Kusnadi pindah ke Medan dan mulai membangun merek Hock. Sembari membuat peralatan masak, Kusnadi mulai memproduksi kompor yang berbahan dasar plat aluminium. Hingga pada akhirnya, ia berhasil menciptakan tren kompor modern di masanya.
Kini, di bawah kepemimpinan Djoni Rion, Direktur PT Hokinda Citralestari, Hock berkembang menjadi merek peralatan dapur terdepan. Hock memegang prinsip consumer centric. Karenanya, Hock terus berinovasi seturut perkembangan konsumen yang semakin modern.
Djoni merasa berutang budi pada ayahnya. Bagi Djoni, ayahnya mengajari banyak hal tentang bisnis, terutama dalam menjalankan Hock. Pada masa sekolah, ia terbiasa diajak bekerja sambil mempelajari apa yang terjadi di perusahaan. Awalnya, ia menyadari bahwa pencatatan keuangan merupakan faktor penting dalam melihat perkembangan bisnis. Djoni remaja membantu membuat pencatatan keuangan bisnis Hock. Kontribusinya semakin nyata saat ia mengambil jurusan manajemen saat kuliah. Pelan-pelan, Djoni membantu memperbaiki sistem manajemen Hock. Kini, perusahaan ini memiliki fungsi manajerial sehat, pencatatan bisnis rapi, serta pengelolaan karyawan dan kinerja yang teratur.
“Saya melihat peluang besar Hock untuk melakukan ekspansi. Di tengah keterbatasan pada zaman itu, saya menerapkan strategi penjualan yang lebih masif. Misalnya, menitipkan barang ke toko-toko di daerah Sumatera. Hingga pada tahun 1989, Hock melakukan ekspansi ke Jakarta, Batam, dan Surabaya,” ujar Djoni saat diwawancarai Marketeers.
Perkembangan Hock tidak lepas dari strategi bisnis yang dimilikinya. Sejak hadir, Hock menjadi perusahaan yang fokus pada kebutuhan dan kepuasan konsumennya. Contohnya, saat Hock memasarkan kompor minyak berbahan dasar plat aluminium. Kusnadi memastikan produknya memiliki kualitas tinggi. Mulai dari plat aluminium yang digunakan hingga cara memproduksi. Hal itu diteruskan dengan menghadirkan layanan purna jual dengan metode masih sederhana.
“Prinsip ini diambil Pak Kusnadi dari Ibunya. Kami memastikan konsumen mendapatkan barang sesuai dengan harga yang dibayarkan. Ini juga berlaku pada strategi pemasaran kami. Hock menjunjung tinggi pemasaran yang jujur. Hanya dengan ini, konsumen memiliki kepercayaan kuat pada Hock,” tambahnya.
Semakin Jaya
Hock terus berkembang menjadi merek peralatan dapur modern. Seiring dengan perkembangan konsumen yang menginginkan peralatan dapur otomatis dan berteknologi tinggi, Hock melakukan inovasi produk, transformasi bisnis, dan menyusun ulang strategi pemasaran agar relevan dengan kebutuhan konsumen masa kini
Hal tersebut dilakukan oleh Hock saat pandemi. Djoni mengatakan mereknya mendapatkan engagement cukup tinggi saat pandemi. Relevansi produk terhadap tren yang tengah berkembang menjadi salah satu faktor pertumbuhan Hock pada tahun 2020.
“Tantangan modernisasi sangat besar. Namun Hock memiliki integritas untuk terus berkembang dan up to date dengan perkembangan zaman. Jadi, kami memberdayakan anak-anak muda untuk menghadirkan pemasaran yang semakin relevan dengan teknologi. Dengan demikian, Hock bisa terus bertahan meskipun zaman berubah,” tutup Djoni.