Nampaknya, Yoshiharu Hoshino tahu bahwa dia punya sesuatu yang istimewa lewat bisnis keluarganya. Generasi keempat dari usaha yang lahir sejak 104 tahun silam itu ingin agar seluruh dunia merasakan ryokkan, sebuah penginapan khas Jepang.
CEO Hoshino Resorts itu bertekad memperkenalkan kepada dunia bagaimana hospitality Jepang bisa diterapkan di negara dengan kultur dan musim yang berbeda. Sebagian ambisinya itu akan dibuktikan melalui portofolio resor mereka yang terkenal, Hoshinoya.
Siapa sangka, Kunji Hoshino, sang pendiri bisnis resor itu memulai usahanya pada tahun 1904 sebagai pengusaha sutera di kawasan Karuizawa, Jepang. Kebetulan, kawasan tempat ia berdagang akan dijadikan sebagai lokasi peristirahatan yang dibangun sejumlah vila.
Perusahaan pun tertarik untuk membangun resor khas Jepang (ryokkan) dengan pemandian air panas murni di dalamnya alias onsen. Pada tahun 1914, Hoshino Onsen Ryokkan pun hadir, menandai awal bisnis perusahaan di sektor hospitality.
Pada tahun 1995, di bawah CEO saat ini Yoshiharu, perusahaan melakukan rebranding besar-besaran dengan mengganti nama merek menjadi Hoshinoya. Dan untuk pertama kalinya, Hoshinoya membuka properti di luar Jepang, yaitu Bali dan Tahiti.
Di Bali, perusahaan menghadirkan Hoshinoya, sebuah private residence di kawasan Ubud. Terdapat 30 vila dibangun di atas lahan seluas 30 hektare yang terletak di Desa Pejeng Kangin, Gianyar. Ini merupakan proyek pertama Hoshino Resort di luar Jepang dan telah beroperasi sejak tahun 2017.
“Di setiap properti Hoshino di seluruh dunia nantinya, termasuk saat ini di Bali, kami mengawinkan dua budaya, yaitu Jepang dan Bali. Ini bisa dilihat dari desain arsitektur, kuliner, serta fasilitas dan program yang ditawarkan,” papar Hiroki Osaki, Global Marketing Unit Area Manager Hoshino Resorts di Bunga Rampai Jakarta, Selasa, (27/11/2018).
Ia menjelaskan, saat ini, perusahaan telah mengoperasikan 37 properti di mana 35-nya berlokasi di Jepang. Di bawah kepemimpinan yang baru, Hoshino mulai beralih dari pemilik hotel menjadi sekadar operator dan manajemen. Ia pun membuat perusahaan baru bernama Hoshino REIT (Real Estate Investment Trust) yang terdaftar di Tokyo Stock Exchange sejak tahun 2007. Tahun lalu, pendapatan perusahaan ini mencapai 50 miliar yen.
“Hoshino REIT mencari modal dari investor individu maupun korporasi untuk berinvestasi membangun proyek properti kami, baik di Jepang maupun luar Jepang,” ujar dia.
Hoshino Resorts bertekad untuk mengoperasikan 20 resor mereka di luar Jepang. Salah satu yang segera dibuka adalah Hoshinoya Taichung, Taiwan yang memiliki 50 kamar. Properti tersebut akan beroperasi pada Juli 2019.
Masato Hirose, General Manager Hoshinoya Bali menambahkan, perusahaan induk telah menandatangani sejumlah kontrak di beberapa negara untuk ekspansi merek Hoshinoya. Beberapa kawasan yang dibidik antara lain China, Hawai, Timur Tengah, dan Amerika Serikat.
Dalam membuka hotelnya, Hoshinoya fokus pada lokasi yang asri dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Tak heran, perusahaan baru mengoperasikan Hoshinoya di ibu kota Jepang pada tahun 2016, tepatnya di distrik Otemachi. Jika biasanya Hoshinoya dibangun dengan konsep vila, namun di Tokyo ia mesti didesain sebagai bangunan jangkung menyerupai menara-menara di sekelilingnya.
Hoshino Resorts masuk ke dalam kategori penginapan mewah dengan harga menginap per malam sebesar Rp 10-15 juta. Di Hoshinoya Bali, harga kamar dimulai dari US$ 700.
Editor: Sigit Kurniawan