Perhelatan Asian Games 2018 yang berlangsung di Indonesia diharapkan akan mendongkrak okupansi hotel selama ajang olahraga terbesar itu berlangsung. Namun, hotelier saat ini juga berupaya meningkatkan pendapatan dari segmen nonkamar seperti food & beverage.
Performa hotel di Jakarta, salah satu kota tempat Asian Games berlangsung, baik dari segi rerata okupansi maupun rerata harga tidak bergerak kencang tahun lalu. Padahal, pasokan kamar baru sepanjang tahun 2017 tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Menurut konsultan properti laporan Colliers Internasional, perhotelan di Jakarta masih didominasi oleh hotel bintang empat yang mana sekira 1.647 kamar akan dibangun pada tahun ini. Sementara pembangunan hotel bintang lima mencapai 860 kamar dan bintang tiga 964 kamar. Hotel bintang empat semakin diminati disebabkan segmen ini mampu mengakomodir fasilitas sekelas bintang lima, namun bisa memberikan harga serendah bintang tiga.
Selain ajang Asian Games, agenda pemilihan umum juga diyakini meningkatkan pemesanan kamar maupun ruang pertemuan di hotel. “Partai politik akan banyak menggunakan ruang meeting hotel untuk konsolidasi politik mereka menjelang Pemilu 2019,” tulis laporan tersebut.
Kehadiran dua hajatan tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat okupansi pada tahun 2018 di level 61%-63%. Di sisi lain, ADR (average daily rate) atau rerata harga kamar berada di kisaran US$ 79-US$ 81.
ADR di Jakarta sejatinya selama empat tahun terakhir cukup stagnan. Sejak tahun 2014, ADR mulai menurun dikarenakan tingkat inflasi serta kompetisi yang kian marak. ADR mulai terkoreksi lagi pada tahun 2015 ketika pemerintah melarang instansinya melakukan kegiatan di hotel dalam rangka penghematan anggaran.
Akan tetapi, sejak aturan tersebut dicabut setahun setelahnya, ADR kembali naik, namun tak dapat bangkit seperti tahun-tahun sebelumnya. Segmen pemerintah pun lebih menyukai hotel bintang empat. Sementara perusahaan swasta lebih memilih bintang lima untuk kegiatan MICE-nya.
Salah satu revenue generator lain yang bisa diraih pemain hospitality di ibu kota adalah memaksimalkan lini food & beverage. Saat ini, mulai banyak hotel yang menawarkan restoran sebagai daya tarik pelanggan di luar tamu. Mereka menempatkan restoran atau kafe tepat di pintu masuk utama, sehingga memberikan keleluasaan bagi pelanggan (yang bukan tamu) untuk keluar-masuk hotel.
“Di era digita saal ini, hotel juga menangkap peluang tersebut dengan menghadirkan tempat-tempat yang Instagrammable alias yang membuat orang mau membidik foto atau video dan membagikannya di media sosial mereka,” terang Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International.
Editor: Eko Adiwaluyo