Bali terkenal sebagai mesin utama pariwisata Indonesia. Jutaan wisatawan asing berkunjung dan menikmati Bali tiap tahunnya. Hal ini membuat industri hospitality di Bali menjadi magnet tersendiri bagi pelaku bisnis. Tiap bulannya ada saja hotel-hotel baru yang berdiri di Bali. Apakah hal ini membuat industri hospitality di Bali over supply?
Setidaknya, Bali saat ini memiliki sekitar 130 ribu jumlah kamar. Bahkan, diperkirakan hingga akhir tahun 2016 nanti akan ada 53 hotel baru di Bali. Salah satu grup hotel yang akan membuka layanan di Bali adalah Four Points. Saat ini, Four Points telah memiliki properti di wilayah Kuta dan Seminyak. Menyusul pada 2018 Four Points akan beroperasi di Ubud.
“Industri perhotelan di Bali itu tidak over supply. Permintaannya justru lebih banyak,” ujar Akhmad Fadholi, General Manager Four Points Seminyak.
Ia melihat dari statistik yang ada bahwa untuk wilayah Seminyak saja tingkat okupansi hotel mencapai 87%. Angka tersebut berlaku bagi hotel dengan semua kelas. Sementara, bagi Four Points sendiri tingkat okupansi sepanjang tahun ini mencapai kisaran 87%-90%.
Namun, Akhmad tidak menampik bahwa hotel di Bali semakin banyak. “Untuk beberapa area memang sudah terlalu padat. Ambil contoh di area Kuta,” jelasnya.
Ia mendukung program pemerintah setempat yang melakukan penghentian pembangunan properti di beberapa wilayah di Bali. Antara lain wilayah Canggu dan Eco Beach yang sudah dilindungi oleh pemerintah untuk tidak dilakukan pembangunan hotel di sana.
Lahan yang sudah amat terbatas dan permintaan akan kamar menjadi permasalahan utama bagi industri perhotelan di Bali. Sebagai catatan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, periode Januari hingga Juli terdapat 2.755.839 kunjungan wisatawan asing. Sementara, rata-rata lama menginap wisatawan asing mencapai tiga hari.
Editor: Sigit Kurniawan