Hyperscale Data Center Diprediksi Booming dalam Lima Tahun Mendatang

marketeers article
Ilustrasi keamanan jaringan (Ilustrasi 123RF)

Gaung bisnis data center kian marak terdengar di tengah pertumbuhan ekonomi digital. Hasil riset terbaru dari Structure Research memproyeksi, Compound Annual Growth Rate (CAGR) untuk data center hyperscale dalam lima tahun ke depan akan berkisar 43,3%, sementara retail data center hanya menyentuh 6%.

Pasar colocation data center Jakarta akan segera lepas landas seiring percepatan adopsi internet di pasar. Hal ini juga didorong oleh perilaku banyak perusahaan yang mulai menggunakan berbagai infrastruktur dengan model outsourcing. Sebagian besar aktivitas ini beralih ke platform hyperscale cloud, sehingga pasar data center mendapatkan posisi yang paling menguntungkan.

Untuk total pasar Jakarta, kapasitas yang akan terbangun pada 2025 diproyeksi mencapai 198,5 Megawatts (MW) dengan kapasitas maksimum 236,3 MW.

“Mungkin perlu beberapa waktu lagi bagi negara-negara berkembang Asia Tenggara, seperti Indonesia, untuk menjadi dewasa. Namun, Indonesia akan menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk data center di Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan 22% per tahun selama lima tahun ke depan,” ungkap Philbert Shih, Managing Director Structure Research dalam gelaran virtual DCI TechSights, Selasa (15/12/2020).

Hyperscales menurut Phil merupakan kekuatan pendorong di balik pertumbuhan pasar. Pasalnya, Indonesia tidak memiliki sejarah panjang mengenai infrastruktur cloud dan hosting.

Porsi pasar colocation data center hyperscale diharapkan tumbuh pada CAGR lima tahun sebesar 43,5% antara tahun 2020-2025. Pasar colocation data center hyperscale sendiri akan mencapai sekitar 131,2 MW dari kapasitas yang dibangun pada 2025.

Riset ini menunjukkan, Indonesia merupakan hotspot untuk investasi data center skala besar dalam lima tahun ke depan. Hal ini didorong oleh peningkatan adopsi cloud. Kehadiran pemain global, seperti Alibaba, AWS, dan Google ke Indonesia menjadi tanda betapa besar potensi bisnis ini di Indonesia.

Menurut Phil, banyak operator yang hanya fokus pada bagian ritel atau hyperscale/wholesale. Padahal, ketika pasar sudah matang akan sulit untuk dispesifikasi.

Oleh karena itu, memiliki kemampuan hyperscale wholesale dan EDGE sangat penting untuk mendorong koneksi melalui tempat yang berbeda. “Hal ini yang akan menentukan kesuksesan di pasar karena akan ada banyak pertumbuhan yang tersedia, namun dibutuhkan kecanggihan tinggi untuk bisa memimpin pasar,” imbuh Phil.

Merespons peluang ini, DCI Indonesia bergegas menambah kapasitas dan kualitas layanan. CEO DCI Indonesia Toto Sugiri menjelaskan, DCI menambah kapasitas 15 MW (tambahan 20% kurang lebih) dari kapasitas yang saat ini dibangun di Indonesia.

“Hingga hari ini, kami terus merasakan permintaan pasar yang kuat dari pelanggan lokal maupun pelaku bisnis global yang ingin memasuki pasar Indonesia. Hal ini memberi kami landasan yang kuat untuk mengembangkan bisnis kami dalam mendukung kesiapan data center Indonesia menghadapi persaingan ekonomi digital Asia Tenggara yang berkembang pesat di masa mendatang,” tutup Toto.

Related

award
SPSAwArDS