Akuntan handal tidak hanya dinilai dari kepiawaiannya membuat balance sheet. Lebih dari itu, perusahaan tentu sangat membutuhkan akuntan yang tajam dalam menganalisis data sehingga dapat membantu memecahkan masalah perusahaan. Akuntan yang jeli membaca sebuah peluang dalam balance sheet buatannya sangatlah dicari oleh industri.
Patut disayangkan, kebutuhan itu masih terkendala oleh gap yang terjadi antara universitas dan industri. Dwi Setiawan Susanto, Council Member Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menilai kebutuhan industri masih belum diimbangi dengan ketersediaan tenaga profesional yang dihasilkan oleh universitas. “Lulusan perguruan tinggi, baru pada tahap pemahaman terhadap basic knowledge, belum sampai kepada hal yang sifatnya practical ataupun skill yang justru dibutuhkan perusahaan,” kata Dwi di Jakarta, Rabu (04/02/2015).
Berkolaborasi dengan Chartered Institute of Management Accountants (CIMA), IAI membantu untuk menjembatani jarak yang terjadi di dunia ketenagakerjaan. Bertajuk Future CA-CGMA Programme, ini ditujukan bagi mahasiswa S-1 di berbagai universitas di Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberi pengalaman bagi para mahasiswa menjadi seorang Chartered Accountant dan Chartered Global Management Accountant.
CIMA merupakan badan akuntan manajemen yang berdiri sejak 1919. CIMA bekerja sama dengan berbagai perusahaan. Organisasi yang beroperasi di 177 negara ini selalu memperbaiki kualifikasi dan menjawab kebutuhan pengalaman profesional.
Dwi berharap, kolaborasi ini dapat menghasilkan akuntan-akuntan profesional di bidang akuntan manajemen perusahaan. Kualifikasi profesional mereka tak hanya diakui di level nasional, namun juga ranah global. “Semoga ini dapat menjawab kebutuhan market,” harap Dwi.