Perusahaan teknologi IBM mengumumkan bahwa perusahaan resmi menghentikan operasi bisnisnya di Rusia. Penghentian operasi bisnis IBM ini sekaligus merupakan penghentian pekerjanya yang berada di wilayah Rusia.
Sebelumnya, IBM menangguhkan operasi bisnisnya untuk sementara karena konflik dua negara Eropa timur, Rusia dan Ukraina yang belum juga usai. Arvind Krishna, CEO IBM akhirnya mau tidak mau harus mengambil keputusan untuk perusahaan hengkang dari Negara Beruang Merah.
“Kami melihat langkah ini (penyetopan) sebagai hal yang benar dan perlu, dan langkah alami setelah penangguhan bisnis kami,” katanya dikutip dari situs resmi perusahaan, Rabu (8/6/2022).
IBM mengklaim bahwa hengkangya perusahaan dari Negara Beruang Merah akan berdampak sangat kecil pada labanya. “Rusia adalah bagian yang sangat kecil dari IBM,” kata Jim Kavanaugh, Kepala Keuangan Perusahaan dikutip dari Endgadget, Rabu (8/6/2022).
Negara pimpinan Vladimir Putin tersebut menyumbang sekitar 0,5% dari total pendapatan IBM tahun lalu, atau US$ 300 juta dari total pendapatannya sebesar US$ 57,4 miliar atau senilai Rp 832 triliun. Laporan Endgadget menyebut IBM memiliki sejumlah klien kelas atas di Rusia seperti bank federal dan perusahaan energi. Namun, sejak Maret, perusahaan telah berhenti menyediakan barang, suku cadang, perangkat lunak, layanan, konsultasi, dan teknologi kepada kliennya di Rusia.
“Fokus kami selama berbulan-bulan adalah menjaga keselamatan dan keamanan IBMer dan keluarga mereka di wilayah yang terkena dampak,” kata CEO IBM.
Arvind Krishna juga menambahkan bahwa perusahaan akan menjamin para karyawan mereka di Rusia yang terdampak keputusan perusahaan dan konflik berkepanjangan ini. CEO IBM mengatakan bahwa perusahaan akan memberi dukungan kepada karyawan di Rusia dalam masa transisi menuju pekerjaan baru.
“Kami menyadari keputusan ini sulit, dan saya ingin meyakinkan mereka bahwa IBM akan terus mendukung mereka dan mengambil semua langkah yang perlu untuk memberikan dukungan dan membuat transisi mereka (karyawan) seteratur mungkin,” katanya.
Sebelumnya, IBM bersama dengan Microsoft dan SAP, menjadi beberapa perusahaan teknologi yang masih beroperasi di Rusia. Baik Microsoft dan SAP mengaku hanya melayani klien yang esensial dan tidak terdampak sanksi seperti layanan rumah sakit, sekolah, dan lain-lain.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz