Ibu Nyaris Lempar Bayi ke Rel Kereta Diduga Alami Baby Blues Syndrome, Apa Itu?
Jagat maya dihebohkan dengan sebuah video yang menunjukkan seorang ibu nyaris melempar bayinya ke rel kereta Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Sabtu (2/9/2023). Tak sedikit warganet berspekulasi bahwa sang ibu mengalami baby blues syndrome.
“Katanya si ibu ini mengalami baby blues, sampe dia mau lempar anak perempuannya ke dalam rel kereta,” cuit akun @tanyarlfes, yang telah dilihat oleh lebih dari 186 ribu orang per Selasa (5/9/2023).
Sementara itu, pihak kepolisian mengatakan bahwa apa yang dilakukan si ibu berkerudung navy dalam video tersebut merupakan percobaan bunuh diri. Ia diduga mengalami stres, namun belum ada konfirmasi terkait baby blues yang dideritanya.
Meski begitu, stres atau depresi sendiri memang bisa menjadi salah satu indikasi sindrom ini. Sebagaimana yang dijelaskan laman Halodoc, seorang ibu dengan sindrom itu cenderung mengalami perubahan emosi yang ekstrem.
Lantas, sebenarnya apa itu baby blues syndrome?
Gejala dan Penyebab
Baby blues syndrome merupakan kondisi psikologis yang dialami oleh para ibu yang baru melahirkan, khususnya anak pertama. Kondisi ini berpotensi membuat si ibu mengalami depresi hingga kecemasan.
Umumnya, kondisi ini muncul antara hari ke 1-5 setelah melahirkan, dan dapat mereda di hari ke-10. Penyebab baby blues syndrome sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini seringkali dikaitkan dengan perubahan kadar hormon setelah ibu melahirkan.
BACA JUGA: Fairmont Hadirkan Cafe Bertemakan Baby Shark
Penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid, dapat memengaruhi suasana hati dan emosi, menyebabkan ibu merasa lebih sensitif, mudah marah, mudah lelah, dan cenderung mengalami perubahan emosi yang ekstrem.
Selain perubahan hormon, berbagai perubahan yang terjadi setelah melahirkan mulai dari perubahan rutinitas, jadwal tidur, hingga tanggung jawab baru sebagai seorang ibu diyakini dapat memicu ibu mengalami baby blues syndrome.
Adaptasi tersebut juga berpotensi membuat si ibu merasakan ketidakpastian, rasa tidak mampu, tidak percaya diri, bahkan merasa kewalahan dengan tanggung jawab baru. Sehingga, mereka pun mengalami ketegangan emosional dan perasaan takut yang tidak beralasan.
Pada kasus yang lebih parah, depresi pascamelahirkan bisa menyebabkan terjadinya psikosis postpartum. Dalam kondisi ini, penderita bisa mengalami halusinasi dan delusi yang membahayakan bayi dan dirinya sendiri.
Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome
Adapun untuk mencegah baby blues syndrome, seorang ibu harus melakukan persiapan melahirkan dengan matang, mulai dari fisik, mental, hingga materil. Cari pula informasi seputar persalinan sebanyak-banyaknya agar tidak ‘kaget’ saat mulai merawat buah hati.
BACA JUGA: Fairmont Hadirkan Cafe Bertemakan Baby Shark
Jika mulai menghadapi kesulitan saat merawat si kecil, segeralah komunikasikan dengan pasangan. Bicarakan masalah merawat anak serta berbagi tanggung jawab dengan pasangan dapat meringankan beban ibu, baik secara fisik maupun psikis.
Di samping itu, bisa juga meluapkan emosi dengan menulis jurnal. Ini dapat membantu ibu memahami dan mengatasi perasaan yang muncul, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.
Tak kalah penting, jagalah pola makan dengan mengonsumsi makanan dalam interval teratur. Ini akan mencukupi kebutuhan energi tubuh, sehingga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Bila Anda atau orang di sekitar tampak mengalami gejala-gejala baby blues syndrome, segeralah berkonsultasi dengan ahli. Semoga bermanfaat!
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz