Mencatat transaksi gemilang sepanjang tahun 2020, ICDX optimistis menyambut tahun 2021. Perusahaan ini membuka perdagangan komoditi untuk tahun 2021 pada Senin (04/12/2021) yang diklaim pertama kali dilakukan dalam industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK). Selain sikap optimis, ICDX juga mengundang Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) untuk mengarahkan perdagangan komoditi pada tahun 2021.
“Fokus utama kegiatan kerja industri pada tahun 2021 dari Kementerian Perdagangan adalah akselerasi peningkatan ekspor dan pengelolaan impor, serta penguatan pasar dalam negeri guna meningkatkan kontribusi dagang terhadap pertumbuhan ekonomi. Bursa komoditi menjadi salah satu fokus dengan instrumen derivatif dan pendalaman pasar,” jelas Wakil Menteri Perdagangan Petahana Jerry Sambuaga.
Nursalam, Direktur utama Indonesia Clearing House menjelaskan kehadiran instrumen derivatif keuangan dari bursa derivatif ke dalam sistem keuangan negara bisa melengkapi infrastruktur pasar keuangan dalam negeri. Yaitu sebagai sarana manajemen risiko pelaku pasar keuangan.
Terbitnya kontrak derivatif melalui bursa komoditi mampu menjadi instrumen mitigasi risiko nilai tukar dalam perdagangan ekspor dan impor. Di mana kedua hal ini sangat bergantung pada stabilitas nilai tukar rupiah. Misalnya, kebutuhan instrumen derivatif valuta asing Dollar AS terhadap rupiah yang bisa membantu pelaku ekspor dan impor di dalam negeri dalam memanajemen risiko.
“Digenjotnya pemanfaatan derivatif pun harus dilakukan dengan cara berkolaborasi untuk mengakselerasi industri perdangan di Indonesia,” kata Nursalam.
Di Indonesia, produk-produk derivatif sebagai sarana alternatif investasi dan manajemen risiko pun mendapatkan respons pasar yang baik. Sejak dikenalkan pada tahun 2018, pertumbuhan volume transaksi produk ini di ICDX mencapai 1991%. Didukung oleh sifatnya yang fleksibel karena dapat ditransaksikan oleh berbagai galangan dengan harga kontrak yang terjangkau.
“Tahun ini, sangat dimungkinkan untuk memaksimalkan pengembangan kontrak multilateral untuk manajemen risiko di berbagai sektor dengan hadirnya komoditas strategis baru. Sifatnya pun berkelanjutan sehingga berjangka semakin panjang dan sesuai dengan tren SDGs yang ada di pasar. Sebagai investor perlu ada kesadaran untuk menyeimbangkan ekonomi, sosial, dan lingkungan agar industri bisa bersaing secara global,” tambah Nursalam.
Lebih lanjut, diperkuatnya genjotan terhadap pemanfaatan derivatif sebagai sarana alternatif investasi dan manajemen risiko diharapkan bisa mengembangkan pasar keuangan yang lebih inklusif dan perdagangan komoditas yang berkelanjutan. Hal ini tentu dapat membantu usaha-usaha dari berbagai skala untuk kembali bangkit dan memulihkan ekonomi nasional.
Editor: Ramadhan Triwijanarko